TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan memprediksi pada Juni ada kemungkinan akan terjadi inflasi dibanding deflasi. Besaran angka inflasi akan menyentuh 0,1 persen. "Potensi inflasi lebih tinggi ketimbang deflasi," kata Rusman di kantor Presiden kemarin.
Sejumlah faktor pendorong, antara lain, kenaikan harga beras akibat masa panen yang sudah lewat dan berpotensi menyumbang sekitar 5 persen terhadap inflasi. Namun ada sejumlah komoditas yang mendorong deflasi, misalnya harga cabai dan harga gula yang mengalami penurunan.
Menurut Rusman, kebijakan pemerintah Australia yang menghentikan pengiriman sapi bakalan ke Indonesia tidak terlalu berdampak. Memang ada kenaikan harga daging sapi. "Ini terlihat pada minggu kedua dan ketiga Juni," dia menegaskan.
BPS pada bulan Mei ini mencatat angka inflasi sebesar 0,2 persen. Kenaikan harga berbagai komoditas secara umum ditengarai sebagai pemicu. Berdasar pantauan Badan Pusat Statistik (BPS) di 66 kota, telah terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) menjadi 125,81 pada bulan ini, atau naik dari 125,66 pada bulan sebelumnya.
Inflasi juga terjadi karena adanya kenaikan indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,22 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,25 persen; kelompok sandang 0,64 persen; kelompok kesehatan 0,50 persen.
Inflasi juga didorong kenaikan indeks kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,03 persen; kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,14 persen. Rusman mengimbuhkan, jika BBM jadi naik bakal menyumbang 0,2 persen angka inflasi. Kemudian, kenaikkan harga BBM itu akan diikuti kenaikan harga-harga pokok lainya.”Lebih baik pemerintah mencegahnya,” kata dia menegaskan.
EKO ARI WIBOWO | ERWINDAR