TEMPO Interaktif, Jakarta - Pasar perumahan di Indonesia pada kuartal I 2011 naik 4,5 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Menurut hasil riset Knight Frank Global House Price Index, kenaikan lebih tinggi terjadi di kota kota besar, seperti Jakarta yang tumbuh lebih dari 10 persen. Knight Frank adalah konsultan properti. Lembaga ini didirikan di London dan masuk ke Indonesia pada 2001.
Senior Manager Research Knight Frank Indonesia, Hasan Pamudji menyatakan, kenaikan ini didukung oleh kondisi politik yang stabil. "Dan naiknya daya beli konsumen," kata dia melalui rilis yang diterima Tempo, Jumat 24 Juni 2011.
Dibanding 50 negara lainnya, Indonesia menempati ranking 14 dalam kenaikan harga perumahan. Di kawasan Asia Pasifik, Indonesia menduduki peringkat ke 6 setelah Hongkong, Taiwan, Singapura, Cina dan Malaysia. Hongkong mengalami pertumbuhan hingga 24,2 persen. Lalu disusul India (21,9 persen) dan Taiwan (14,3 persen). Cina berada di peringkat 8 dengan pertumbuhan 8,4 persen. Padahal tahun lalu pertumbuhannya mencapai 49 persen.
Secara wilayah, Asia masih menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 8,4 persen selama 12 bulan terakhir. Pertumbuhan ini lebih lambat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 17,8 persen.
Sementara harga rata rata pasar perumahan global kuartal I tumbuh hanya 1,8 persen. Ini merupakan laju pertumbuhan terendah sejak kuartal IV 2009. Hal ini disebabkan oleh kinerja yang buruk. Pasar di Eropa mengalami perubahan yang variatif. Perancis menempati ranking 6 dengan pertumbuhan mencapai 8,7 persen. Padahal tahun lalu Perancis di peringkat 30. Rusia mengalami penurunan tajam hingga 13,9 persen.
Yunani dan Portugal memberikan kejutan dengan menunjukkan tanda tanda perbaikan walau masih di level negatif.
Inggris masih berada di level negatif dengan pertumbuhan di angka 0,2 persen. Sedangkan Amerika Serikat berada di peringkat 43 dengan pertumbuhan minus 4,9 persen.
Walau banyak ahli pasar perumahan menilai Amerika Serikat memiliki bobot resiko paling besar, tapi Knight Frank melihat kawasan Asia masih memiliki potensi resiko. Pasar perumahan di Cina, Taiwan dan Hongkong masih memiliki potensimenjadi panas dan mengarah ke Bubble (penggelembungan) jika intervensi pemerintah tak efektif. Walau kemungkinan pasar perumahan global akan berada di titik rendah pada kuartal IV tahun ini, namun harga perumahan akan pulih kembali pada 2012.
NUR ROCHMI