TEMPO Interaktif, Jakarta - Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia menyatakan harga lelang gula saat ini meningkat. Namun, kenaikan itu belum bisa menguntungkan petani. Harga lelang di tingkat petani naik dari sekitar Rp 7.800 menjadi Rp 8.200 per kilogram.
“Di Jawa Timur harga lelang gula Rp 8.200 per kilogram, di Jawa Tengah Rp 8.230 per kilogram. Rata-rata sekarang sudah segitu harganya,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional APTRI M. Nur Khabsin saat dihubungi Tempo, Ahad, 26 Juni 2011.
Khabsin menganggap harga lelang gula yang rasional adalah Rp 8.500 per kilogram dengan rendemen tebu sekitar 7 persen. Hitungan tersebut didapat dari kebutuhan biaya produksi Rp 7.000 ditambah margin keuntungan yang layak sebesar 15 persen per tahun.
Saat ini, Harga Penjualan Pemerintah gula Rp 7.000 per kilogram dengan rata-rata rendemen 6,5 persen. “Kalau harga di petani sudah mencapai Rp 8.500 baru petani untung. Karena menanam tebu itu panennya setahun sekali,” ujar Khabsin.
Peningkatan harga lelang gula ini karena perembesan gula rafinasi untuk konsumsi langsung sudah mulai berkurang. Ini akibat desakan petani tebu, DPR, dan pemerintah yang meminta industri tak lagi menjual gula rafinasi langsung kepada masyarakat.
Nur Khabsin yakin jika dalam satu bulan ini gula rafinasi benar-benar tidak merembes ke pasar, maka harga lelang gula bisa mencapai sesuai keinginan petani, yakni Rp 8.500 per kilogram. Dia meminta pemerintah mengawasi perdagangan gula di distributor.
Sebab, harga gula di pasar masih terlalu tinggi dibanding harga lelang. Meski harga lelang di kisaran Rp 8.200 per kilogram, namun nyatanya di pasaran harga gula sekitar Rp 10.500-Rp 11.000 per kilogram. Pedagang dinilai mengambil margin keuntungan terlalu besar.
“Yang rasional itu margin keuntungan di tingkat distributor hingga pedagang kecil dari harga lelang adalah Rp 1.500 per kilogram. Ini jelas membuat petani tidak mendapat keuntungan, tapi masyarakat mendapat harga yang mahal,” ujar Khabsin.
Tahun ini, produksi gula ditargetkan 2,6 juta ton. Musim giling tebu tahun ini baru dimulai pertengahan Mei dan paling banyak di Pulau Jawa. Selain itu, juga di Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan. “Produksi belum bisa dihitung karena masih 20 persen yang giling. Rata-rata musim giling itu 5 bulan,” katanya.
ROSALINA