TEMPO Interaktif, Gorontalo - Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM), khususnya Presmiun dan Solar, yang telah terjadi sejak tiga hari lalu hingga Jumat, 1 Juli 2011, masih terus berlangsung. Akibatnya, antrean kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat, di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Gorontalo mencapai dua kilometer.
Antrean panjang kendaraan juga mengakibatkan terganggunya arus lalu lintas. Sebab, kendaraan yang berjejer di sepanjang jalan itu menimbulkan kemacetan.
“Antrean seperti ini terjadi di seluruh SPBU di Gorontalo. Ini gara-gara bensin langka,” kata Haris Lakoro, salah seorang warga yang ikut antre di SPBU di Jalan Ahmad Yani, Kota Gorontalo, Jumat, 1 Juli 2011.
Berdasarkan pantauan Tempo, sempat terjadi pertengkaran antarwarga yang mengantre. Beberapa warga menuding sejumlah kendaraan yang memiliki tangki besar telah beberapa kali ikut antre dengan tujuan menjualnya kembali dengan harga eceran.
“Kami melihat sendiri ada sepeda motor yang bolak-balik membeli bensin hanya untuk dijual kembali dengan harga mahal,” kata Pulu Handuma, salah seorang warga.
Pulu berharap petugas kepolisian setempat ikut mengawasi pembelian BBM di seluruh SPBU yang ada di Gorontalo. Sebab, banyak yang memanfaatkan kelangkaan BBM dan dijual kembali dengan harga mahal. Sejak terjadi kelangkaan, harga Premium di kalangan pengecer berkisar antara Rp 7.000 hingga Rp 13.000 per liter.
Manajer Pemasaran Pertamina Gorontalo Irwansyah menjelaskan bahwa Gorontalo saat ini mengalami krisis BBM. Hal itu terjadi karena terlambatnya kapal tanker yang membawa BBM tiba di pelabuhan Gorontalo.
“Kami masih melakukan koordinasi stok dengan Depot Bitung, Sulawesi Utara,” papar Irwansyah.
Menurut Irwansyah, akibat kelangkaan BBM, pihaknya membatasi penjualan Premium. Untuk mobil pribadi dibatasi maksimal 20 liter atau seharga Rp 100 ribu. Adapun mobil angkutan kota (Angkot) maksimal 25 liter.
“Untuk kendaraan roda dua hanya boleh membeli seharga Rp 20 ribu atau 5 liter,” ujar Irwansyah.
CHRISTOPEL PAINO