TEMPO Interaktif, Denpasar - Kegagalan Bali dalam mengelola masalah sampah akan menjadi ancaman serius bagi industri pariwisata di daerah ini.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyatakan dirinya siap pasang badan untuk mengatasi masalah sampah. “Biarlah saya menjadi bad guy dalam soal itu,” ucapnya usai pembukaan acara Multistakeholder Meeting for Bali Green and Clean, di Kuta, Jumat, 1 Juli 2011.
Pastika menyebutkan bahwa penegakan peraturan yang tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) tentang sampah akan dipaksakan secara keras. Pastika percaya langkah itu adalah untuk membiasakan masyarakat berperilaku bersih hingga akhirnya mencapai budaya bersih.
Saat ini, kata dia, disiplin masyarakat masih terlalu rendah, apalagi untuk meminta mereka melakukan pemilahan sampah.
Di Bali, sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) setiap hari mencapai 5.000 hingga 5.500 meter kubik. Jika digabung dengan sampah yang tidak terkelola di TPA, jumlahnya mencapai 10.000 hingga 15.000 meter kubik.
Sampah itu dihasilkan dari sampah rumah tangga, industri, pasar, dan juga sisa peralatan upacara adat di Pura.
Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta yang hadir dalam acara tersebut mengatakan langkah Provinsi Bali untuk mencapai status Clean and Green merupakan teladan bagi provinsi lain.
“Ini langkah yang tepat untuk mengimbangi cepatnya pertumbuhan ekonomi di Bali,” ujar Gusti Muhammad Hatta.
Namun, dia mengajak agar tidak hanya memikirkan kondisi di hilir pada masalah ini. Semua pihak juga harus melakukan upaya agar penggunaan barang-barang yang akhirnya menjadi sampah bisa dikurangi. Misalnya, penggunaan plastik sebagai sarana pembungkus dan tas untuk berbagai kegiatan.
ROFIQI HASAN