TEMPO Interaktif, Jakarta - Terkait dengan kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di beberapa daerah, PT Pertamina (Persero) membantah bahwa hal tersebut terjadi karena perusahaan minyak pelat merah tersebut mulai membatasi penyaluran BBM bersubsidi. "Tidak ada (pembatasan), kami memasok seperti biasa," ujar Vice President Corporate Communication Pertamina, Mochammad Harun, Senin 4 Juli 2011.
Harun menjelaskan stok nasional untuk BBM bersubsidi saat ini masih aman, yaitu 3,4 juta kiloliter untuk konsumsi selama 22 hari. Jumlah itu malah sedikit lebih banyak dari rata-rata stok yang biasanya berada di angka 3,3 juta kiloliter.
Pertamina memang diminta untuk menjaga kuota BBM terkait dengan jatah BBM bersubsidi dalam APBN tahun ini yang dibatasi sampai 38,5 juta kiloliter. Padahal, kalau melihat dari pola konsumsi yang terjadi hingga tengah tahun ini, diperkirakan BBM bersubsidi yang dibutuhkan sebesar 42,5 juta kiloliter.
Harun menjabarkan, Pertamina saat ini memilih untuk melepas stok dan tidak menahannya untuk menghindari kelangkaan, meskipun risikonya akan ada penambahan kuota. Pertamina pun telah mengajukan usul kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk menambah kuota BBM bersubsidi sebesar 2 juta kiloliter lagi dari jatah 38,5 juta pada tahun ini.
"Apalagi konsumsi akan naik di semester kedua," kata dia. Kebijakan dalam menyalurkan BBM bersubsidi oleh Pertamina saat ini adalah melepas dengan kuota yang tetap terukur, dengan tetap melakukan pengawasan. Pengawasan itu dibutuhkan karena Pertamina tidak ingin BBM yang telah didistribusikan malah diselewengkan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab sehingga diterima bukan oleh masyarakat yang berhak.
Namun, Pertamina menekankan pengawasan tersebut tidak akan berjalan lancar tanpa adanya bantuan dari aparat dan pemerintah daerah. "Terutama pemerintah daerah. Karena sama saja kalau kita distribusikan, tapi tidak diawasi oleh mereka, maka kuotanya sampai kapan pun tidak akan cukup," ucap Harun. Beberapa wilayah yang saat ini kuotanya dipasok dengan terukur atau disertai pengawasan ketat adalah Kalimantan, Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, dan Sumatera Utara.
"Wilayah tersebut kalau dipantau terdapat kebutuhan meningkat karena ada kegiatan tambang dan industri kelapa sawit yang menyedot bahan bakar dari SPBU," ujar dia. Per akhir Juni kemarin, konsumsi premium telah mencapai 11,3 juta kiloliter dari jatah sebanyak 23 juta kiloliter, sedangkan solar telah mencapai angka 6,3 juta kiloliter dari jatah sebanyak 12,99 juta kiloliter. Realisasi penyaluran premium itu sudah 5,2 persen di atas kuota harian APBN dan solar 7,5 persen di atas kuota harian."Saat ini, konsumsi premium sudah mencapai 68.000 kiloliter per hari atau di atas biasanya yang mencapai 60.000 kiloliter per hari," katanya. Harun juga mengatakan, konsumsi BBM bakal makin meningkat menjelang Ramadhan hingga Lebaran mendatang sehingga harus ada ekstra stok.
Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Evita Herawati Legowo, membenarkan bahwa Kementerian akan mengajukan kuota tambahan BBM bersubsidi untuk tahun ini sebesar 1,8 juta kiloliter."Kami akan bicarakan dulu dengan DPR," katanya. Usulan tambahan kuota tersebut rencananya akan diajukan untuk RAPBN-P 2011 yang akan dibahas pada pekan ini.
GUSTIDHA BUDIARTIE