TEMPO Interaktif, Bantul - Air di Pantai Parangtritis sudah tiga hari pasang. Akibatnya, ratusan ubur-ubur beracun berkumpul di satu titik. “Mengumpulnya di satu titik, di sebelah timur posko SAR Parangtritis. Kita susur titik lain hampir tidak ada,” kata Koordinator SAR Parangtritis, Ali Susanto, saat ditemui Tempo di sela-sela pemantauan kondisi pantai yang sudah mulai sepi dari wisatawan, Selasa, 5 Juli 2011.
Sejak dua pekan terakhir, saat musim liburan, ratusan wisatawan yang mandi di pantai tersengat ubur-ubur yang biasa muncul saat memasuki musim kemarau ini. SAR Parangtritis mencatat serangan terparah terjadi pada akhir Juni lalu yang menyebabkan lebih dari 60 wisatawan dalam sehari mengeluhkan perutnya mengencang, kulit gatal, dan napas menjadi sesak.
“Setelah kejadian itu, angkanya fluktuatif, tapi tak lebih dari sepuluh orang sehari," kata Ali. Namun, lanjut Ali, saat mulai sepi seperti pada Sabtu lalu, ada sekitar 50 wistawan yang kena lagi. Umumnya, mereka disengat di satu titik di tempat ubur-ubur itu berkumpul.
Sebenarnya, melalui pengeras suara di Posko SAR dan personel SAR yang berjaga di kawasan pantai sudah memberikan peringatan. Hanya, terkadang para pengunjung kurang memperhatikan sehingga banyak yang tersengat. "Banyak anak-anak yang malah memainkan ubur-ubur itu karena bentuknya lucu seperti balon," jelas Ali.
Seorang wisatawan asal Jakarta, Mariati, menuturkan dirinya tak berani lagi main di pinggir pantai karena pernah merasakan sakitnya disengat. “Kulit jadi merah dan gatal. Apalagi tambah kena air laut, jadi perih,” kata dia. Saat ini, banyak ubur-ubur berceceran di pinggir pantai dan mati setelah tersapu ke daratan.
PRIBADI WICAKSONO