TEMPO Interaktif, Jakarta - Ekspor di sektor industri Indonesia diprediksi akan terus tumbuh menggembirakan hingga beberapa tahun ke depan. Hal ini, kata Direktur Jenderal Kerja sama Industri Internasional Kementerian Perindustrian Agus Tjahjana, melihat tren selama 4 bulan terakhir yang menunjukkan nilai ekspor terus meningkat.
Selama Januari-April 2011, nilai ekspor industri mencapai US$ 38,7 miliar atau lebih tinggi 34,9 persen dibanding periode serupa tahun lalu 2010. Bahkan pertumbuhan ekspor pada periode tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan impor produk industri yang mencapai US$ 34 miliar. "Menggembirakan, 4 bulan pertama tahun ini neraca perdagangan industri kita surplus US$ 535 miliar," katanya Jumat, 8 Jui 2011.
Sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor utama Indonesia adalah Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Cina. Dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 9 persen, 7,7 persen, 6,4 persen, 5,5 persen, dan 5,1 persen.
Dengan skenario pesimistis selama kurun waktu 2011 hingga 2015, ekspor industri Indonesia akan tumbuh rata-rata terendah 9,5 persen dan tertinggi 10,5 persen dan mencapai US$ 129,7 hingga 139 miliar.
Secara umum, meski sempat jeblok pada 2009 menjadi US$ 62 miliar, tahun lalu ekspor industri melonjak hingga mencapai US$ 82 miliar. Tahun ini nilai ekspor diprediksi terus tumbuh mencapai US$ 97 miliar.
Sayangnya, produk industri yang diekspor masih didominasi oleh barang mentah atau barang setengah jadi. Nilai ekspor tertinggi terdapat di komoditas kelapa sawit dengan nilai US$ 17,5 miliar tahun lalu, lalu disusul produk tekstil senilai US$ 11 miliar. Produk dengan nilai terbesar ketiga adalah olahan karet dengan nilai US$ 9,5 miliar.
AGUNG SEDAYU