TEMPO Interaktif, Jakarta - Sekitar 650 siswa Sekolah Kristen Ketapang (SKK) memulai tahun ajaran baru sekolah di bekas showroom mobil di Jalan Panjang, Kedoya, Jakarta Barat, Senin, 11 Juli 2011. Hal itu dipicu masih berlarutnya sengketa kepemilikan lahan di lokasi bangunan lama sekolah itu di Komplek Green Garden, Kedoya.
"Kami menyewa showroom ini selama dua tahun. Minimal dua tahun ke depan, kami tidak berpindah-pindah lagi," kata Koordinator Lokasi SKK, Ana Purnamawati, Senin, 11 Juli 2011.
Di lokasi baru ini, menurut Ana, siswa SKK mulai dari jenjang Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) akan belajar di 20 ruang kelas yang masing-masing berukuran sekitar 8x7 meter. "Dua kelas untuk TK, delapan kelas untuk SD, lima kelas SMP, dan lima kelas SMA," kata Ana lagi.
Proses renovasi bekas showroom mobil empat lantai itu menjadi sekolah pun sampai saat ini masih berlangsung. Beberapa petugas kebersihan sekolah masih menata dan membangun fasilitas penunjang kegiatan siswa, seperti ruang komputer dan kantin.
"Dua bulan kami merenovasi dan merombak showroom jadi sekolah. Tadinya tidak ada sekat, kemudian kami sekat dengan gipsum," ujarnya.
Proses belajar-mengajar di SKK pada hari pertama sekolah hari ini belum efektif dimulai. Siswa hanya datang pada pagi hari untuk perkenalan, kemudian diperbolehkan pulang. Ana memperkirakan proses belajar-mengajar efektif terlaksana pada pekan depan. "Lagipula seminggu ini ada masa orientasi siswa (MOS)," kata dia.
Terkait sengketa lahan yang masih berlangsung, Ana berharap persoalan tersebut bisa segera selesai. Menurutnya, SKK hanya menjadi korban dalam sengketa lahan antara pengelola Green Garden dan penggugat. "Yang digugat sebenarnya bukan kami, tapi pengembang Green Garden. Karena kami ikut terkena dampak dan siswa tidak bisa belajar dengan tenang, maka kami juga mendaftarkan gugatan baru terhadap ahli waris itu ke Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Sampai sekarang kami masih tunggu putusan PN soal itu," kata Ana.
Ana mengaku, sejak berlarutnya kasus sengketa lahan antara ahli waris dan pengembang Green Garden, siswa SSK terpaksa mengungsi ke beberapa tempat. Siswa, kata Ana, sempat menumpang belajar di Sekolah Alam Kudus atau gereja. "Bahkan, jumlah siswa kami berkurang. Ada yang pindah karena tidak nyaman dengan belajar-mengajar sekolah yang selalu bepindah," kata Ana.
Menurut Kepala Sekretariat SSK, Robert Wattimena, dalam tahun ajaran baru 2011/2012 siswa yang mendaftar di SKK menurun drastis akibat kasus sengketa lahan. Total siswa baru hanya berjumlah 46 orang, dengan rincian sepuluh siswa baru di tingkat SD, 15 orang siswa baru di SMP, dan 21 orang siswa baru SMA.
Sejak 18 Desember 2010, siswa SKK menjadi nomaden akibat sengketa lahan antara pengembang Green Garden dengan ahli waris tanah, Muhaya bin Musa. Pihak ahli waris menggugat lahan yang dikembangkan pengelola Green Garden, termasuk SKK yang ada di kompleks perumahan itu. Proses hukum atas sengketa itu masih berlangsung di tingkat Peninjauan Kembali di Mahkamah Agung.
ARIE FIRDAUS