TEMPO Interaktif, Jakarta - Sebenarnya apa alasan Marzuki Alie mengirimkan pesan singkat kepada Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono? Seperti dikabarkan sebelumnya, pesan singkat (SMS) Marzuki Alie kepada SBY bocor ke kalangan media, akhir pekan lalu. SMS tersebut berisi permintaan Marzuki kepada SBY agar melakukan tindakan tegas mengatasi kejadian saling serang antarkader Demokrat.
Menurut Ketua DPR itu, ketika mengetahui 3 kader Demokrat saling serang dalam acara diskusi di sebuah stasiun televisi nasional, beberapa waktu lalu, ia merasakan kejanggalan. Ia berpendapat, perselisihan itu seharusnya dibicarakan di dalam Dewan Kehormatan Partai Demokrat.
Ketiga kader Partai Demokrat yang disebut Marzuki dalam SMS-nya adalah Denny Kailimang, Amir Syamsuddin, dan Ruhut Sitompul. Ketiganya beradu mulut ketika membicarakan kasus yang menyeret kader Demokrat, Muhammad Nazaruddin. Ketiganya, menurut Marzuki, tidak menjalankan instruksi Ketua Umum Anas Urbaningrum dan Sekretaris Jenderal Edhie Baskoro Yudhoyono.
“Begitu saya di Rusia, ada polemik di televisi (menyebut sebuah televisi nasional), saling serang antarkader. Padahal, sudah diinstruksikan oleh Ketum (Ketua Umum) dan Sekjen jangan saling serang antarkader,” kata Marzuki di Gedung DPR, Senin 11 Juli 2011.
Pasca-acara diskusi itu, banyak pesan singkat yang masuk ke telepon genggam Marzuki, yang ketika itu sedang melakukan kunjungan kerja ke Rusia. “Nah, karena banyak SMS yang masuk ke saya, saya telepon Pak Amir, ‘Pak Amir bagaimana kejadiannya?'," kata dia. "Harusnya ini dibawa ke Dewan Kehormatan karena apa yang diinstruksikan (Ketum dan Sekjen) tidak dilaksanakan."
Namun, ketika itu Amir enggan menanggapi usulan Marzuki. “Pak Amir bilang ke saya, ‘Pak Marzuki, jangan saya, enggak enak’,” kata Marzuki menirukan percakapannya dengan Amir. “Karena itulah saya SMS Ketua Wanbin (Dewan Pembina) yang juga selaku Ketua Dewan Kehormatan," ujarnya. "Apanya yang salah?”
Instruksi yang dikeluarkan Anas dan Ibas--sapaan akrab Edhie Baskoro--kepada seluruh pengurus Demokrat adalah, tidak lagi membicarakan kasus yang melibatkan nama Nazaruddin di depan publik. “Ketum dan Sekjen sudah memberi peringatan, sudah buat instruksi kepada kepengurusan DPP untuk tidak lagi bicara tentang Nazaruddin. Serahkan urusan Nazaruddin kepada proses hukum. Itu perintahnya,” kata Marzuki.
Anas dan Ibas juga menginstruksikan agar semua pengurus partai kembali fokus bekerja sesuai dengan tugas pokok masing-masing. “Jadi, semuanya berbicara soal tugas pokok dan fungsi, itu perintah Ketum dan Sekjen.”
Marzuki mengatakan, sudah menjadi kewajiban dan tugasnya selaku Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat untuk mengawasi kinerja partai berikut para pengurusnya. “Memberikan arahan dan melaporkan kepada Pak SBY. Tidak ada yang salah dengan itu,” kata dia.
MAHARDIKA SATRIA HADI