Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sekolah Petang Terancam Berkurang

image-gnews
Siswa SD Negeri 10 Serang belajar di teras sekolah, karena kelas mereka rubuh (5/10). Menurut data Diknas setempat, dari 5.586 ruang kelas SD di Kabupaten Serang,  3.071 diantaranya rusak. Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Siswa SD Negeri 10 Serang belajar di teras sekolah, karena kelas mereka rubuh (5/10). Menurut data Diknas setempat, dari 5.586 ruang kelas SD di Kabupaten Serang, 3.071 diantaranya rusak. Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Jumlah sekolah dasar negeri petang di Jakarta terancam menciut lagi. Bergulirnya tahun ajaran baru mulai hari ini menyisakan ribuan bangku kosong yang sebagian besar ada di sekolah-sekolah itu.

Hingga penutupan masa pendaftaran terakhir pada Sabtu lalu, Dinas Pendidikan DKI Jakarta mencatat masih ada 16.682 bangku kosong di tingkat sekolah dasar. "Umumnya jumlah bangku kosong lebih banyak pada SD negeri yang menyelenggarakan kelas siang dan petang hari," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Dinas Pendidikan DKI Jakarta Budi Sulistiono pada Sabtu itu.

Jumlah bangku kosong terbesar ada di Jakarta Selatan sebanyak 4.525 buah. Menyusul di belakangnya di Jakarta Timur sebanyak 4.038 bangku, Jakarta Barat 3.431 bangku, Jakarta Pusat 2.818 bangku, dan Jakarta Utara 1.870 bangku.

Budi menduga ada beberapa penyebab tak terisinya ribuan bangku sekolah itu. Pertama, keluarga-keluarga yang memilih mendaftarkan anaknya ke sekolah swasta karena alasan kualitas. Kedua, bergesernya keluarga-keluarga muda ke daerah pinggir Jakarta, seperti Tangerang, Bogor, dan Bekasi.

"Jadi, banyak keluarga yang dulunya tinggal di Ibu Kota memilih sekolah yang lebih dekat dari rumahnya yang kini sudah pindah ke daerah pinggir," ujarnya.

Budi juga melihat adanya pengaruh dari suksesnya program Keluarga Berencana, yang menurunkan jumlah anak usia sekolah dan banyaknya siswa baru yang terpaksa ditolak karena mendaftar di bawah batas umur minimum yang sudah ditetapkan.

Mereka yang ditolak itu harus menunggu sampai pendaftaran berikutnya atau masuk ke sekolah swasta. "Ini juga menjadi penyebab berkurangnya siswa yang masuk ke SD negeri," ujar Budi.

Atau, seperti yang diungkapkan Kepala Seksi Suku Dinas Pendidikan Dasar Jakarta Selatan M. Sulaeman bahwa banyaknya bangku kosong karena banyak masyarakat tidak tahu tentang prosedur pendaftaran. Meski begitu, dia juga mengakui tahun lalu Dinas Pendidikan memberi kesempatan hingga tiga kali masa pendaftaran.

Budi memastikan tahun ajaran baru tetap bergulir di tiap sekolah meski ada bangku-bangku kosong itu. Proses belajar-mengajar tetap akan dilanjutkan sampai pertengahan tahun ajaran pada Januari 2012.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Setelah semester I berakhir, baru akan diputuskan apakah sekolah bersangkutan bisa menerima siswa lagi atau tidak," katanya.

Ketika dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudhi Mulyanto menyatakan tidak menutup kemungkinan menggabungkan satu sekolah tertentu dengan sekolah lain jika memang jumlah bangku kosong yang dimilikinya terlalu besar.

Penggabungan itu bukan tidak mungkin diwujudkan karena pernah dilakukan di beberapa tempat, di antaranya di Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur. Di tempat itu, ada kompleks SD yang terdiri atas empat lantai. "Dulu ada delapan SD di sana yang terbagi menjadi pagi dan petang, sekarang menjadi hanya lima atau enam SD," katanya.

Taufik sendiri tidak menampik dugaan bahwa banyak siswa yang menginginkan sekolah pagi ketimbang petang. Saat ini ada 900 SD negeri petang dari sekitar 2.200 SD negeri di Jakarta. "Pada penutupan masa pendaftaran kedua, ada 975 sekolah yang jumlah bangku kosongnya besar," ujarnya.

Anggota Komisi Pendidikan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta, Wanda Hamidah, meminta Dinas Pendidikan melakukan introspeksi terkait dengan besarnya jumlah bangku kosong tersebut. Dia khawatir akumulasi kasus pendidikan di sekolah negeri menyebabkan minat orang tua siswa menyekolahkan anaknya di sekolah negeri berkurang.

Begitu pun banyaknya pungutan liar. "Subsidi pendidikan untuk Biaya Operasional Pendidikan saja mencapai Rp 7,3 triliun per tahun. Seharusnya tak ada pungutan lagi, apalagi untuk SD," ucapnya.

IRA GUSLINA | AMANDRA MUSTIKA | PRIHANDOKO | WURAGIL


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Komnas Anak: Kuesioner Kelamin Langgar Privasi

9 September 2013

Seorang siswa SMPN 2 Tangerang bersedih saat pesantren kilat di Masjid Raya Al-Azhom, Tangerang, Banten, (22/7). Pesantren selama 4 hari di bulan Ramadan ini untuk menambah ilmu agama bagi sejumlah siswa-siswi. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Komnas Anak: Kuesioner Kelamin Langgar Privasi

Dia mempertanyakan manfaat survei berisi grafik ukuran kelamin laki-laki dan perempuan itu.


Kuesioner Bagian dari Periksa Kesehatan Reproduksi  

7 September 2013

Ilustrasi kesehatan/Berobat/Dokter/Perawat. triarc.co.za
Kuesioner Bagian dari Periksa Kesehatan Reproduksi  

Kuesioner gambar alat kelamin menjadi bagian pemeriksaan kesehatan untuk siswa SMP dan SMA terkait kesehatan reproduksi. Uji coba berlanjut tahun ini.


Kemenkes: Kuesioner Gambar Alat Vital Program UKS

7 September 2013

freepicturesweb.com
Kemenkes: Kuesioner Gambar Alat Vital Program UKS

Kuesioner yang memuat alat vital program UKS kerja sama empat kementerian.


Kuesioner Ukuran Kelamin Siswa Ditarik di Sabang

6 September 2013

Siswa beberapa sekolah di Aceh menyanyikan lagu Jepang, Omoiyari (belas kasih sayang) dalam peringatan dua tahun tsunami di Jepang, di SMP 1 Pekan Bada, Aceh Besar, Senin (11/3). TEMPO/Adi Warsidi
Kuesioner Ukuran Kelamin Siswa Ditarik di Sabang

Kuesioner bergambar kelamin yang sempat beredar di SMP Negeri 1 Sabang telah ditarik oleh pihak puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Sabang.


Kuesioner Ukur Alat Kelamin Siswa Salah Kaprah  

6 September 2013

imperfectwomen.com
Kuesioner Ukur Alat Kelamin Siswa Salah Kaprah  

Perbedaan interpretasi timbul lantaran kurangnya pemahaman dinas kesehatan di beberapa daerah tentang kesehatan reproduksi.


KPAI Minta Kuisioner Ukur Kelamin Siswa Ditarik  

6 September 2013

Ilustrasi Pengukuran Payudara. Shutterstock
KPAI Minta Kuisioner Ukur Kelamin Siswa Ditarik  

Gambar, foto, atau sketsa organ kelamin tanpa penjelasan memadai dianggap bisa mengarah kepada pornografi.


Kuisioner Kelamin di Aceh Disorot Media Asing

6 September 2013

freepicturesweb.com
Kuisioner Kelamin di Aceh Disorot Media Asing

AFP, Straitstimes Singapura, The Standar Hong Kong menulis soal kuisioner yang mencantumkan gambar alat kelamin.


Kuisioner Gambar Kelamin di Aceh Sesuai Program

5 September 2013

imperfectwomen.com
Kuisioner Gambar Kelamin di Aceh Sesuai Program

Seharusnya kuesioner gambar kelamin tidak dibagi dan tidak boleh dibawa pulang karena bersifat rahasia.


Ukur Kelamin Siswa, Sekolah Tuding Dinas Kesehatan  

5 September 2013

Ilustrasi
Ukur Kelamin Siswa, Sekolah Tuding Dinas Kesehatan  

SMP Negeri 1 Sabang merasa tercoreng dan kecewa dengan pihak dinas kesehatan. 'Lembaran itu dibagikan oleh petugas puskesmas dan dinas kesehatan.'


Data Ukuran Kelamin Siswa Akan Direkap Dinkes

4 September 2013

freepicturesweb.com
Data Ukuran Kelamin Siswa Akan Direkap Dinkes

Dinas Kesehatan Kota Sabang mengatakan data tersebut digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan reproduksi remaja di Kota Sabang.