TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Pelataran Taman Budaya Yogyakarta mendadak laguh-lagah. Sebuah eskavator mengamuk dan menciptakan lubang sedalam 2,5 meter dengan diameter 6,5 meter. Di dalamnya ditemukan sebuah kepala bocah sebesar truk. "Luz Series", itulah karya perupa Eddi Prabandono yang dipersiapkan untuk menyambut Art Jog 2011, yang berlangsung 16-29 Juli 2011 mendatang.
Eskavator itu memang asli. Berwarna kuning dan semuanya besi. Namun, kepala bocah raksasa itu tentu saja tidak. "Butuh 20 ton tanah liat untuk membuatnya," kata Eddi pada Kamis, 14 Juli 2011.
Ya, itu memang patung kepala berbahan lempung. Bentuknya menyembul hingga ke permukaan tanah dan menghadap ke arah selatan. Tak ada cat yang digunakan sebagai pewarna patung itu. Eddi tampaknya mempertahankan warna alami dari tanah liat. Rupa wajah di patung itu memperlihatkan citra seorang bocah perempuan yang lucu dan imut. Rambutnya pendek dengan mata terpejam seolah sedang terlelap tidur.
Menurut Eddi, muka bocah itu diambil dari wajah anaknya, Luz. Sengaja dia membentuk patung berwajah Luz sebagai ekspresi kekhawatiran dan harapan orangtua pada anak. Kekhawatiran terhadap segala hal, dari polusi hingga masa depan anak.
Lahir di Pati pada 1964, Eddi adalah seorang seniman Indonesia yang kini tinggal di Jepang. "Luz kini di Jepang," kata Eddi.
Dalam Art Jog 2011, yang diikuti oleh 165 seniman dengan 241 karya itu, Eddi didapuk menjadi salah satu commision artist. Tugasnya "menyulap" penampilan gedung Taman Budaya Yogyakarta dengan karya khusus. Ini sudah menjadi tradisi dalam Art Jog untuk memberikan kesempatan kepada salah satu commision artist untuk membuat karya khusus untuk mengubah penampilan gedung yang digunakan. "Dia (Eddi) akan mengubah tampilan Taman Budaya," kata direktur artistik Bambang "Toko" Witjaksono.
Eddi dikenal sebagai seniman dengan latar belakang beragam. Sebelum menamatkan pendidikan di Institut Seni Indonesia, dia mengenyam pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas 17 Agustus 1945 dan Desain Interior dan Pertamanan Politeknik Jawa Dwipa di Semarang. Di sepanjang karirnya, bermacam kegiatan residensi di luar negeri telah dia ikuti.
Menurut Bambang, ini kelima kalinya Eddy mengekspresikan wajah anaknya dalam karya. Namun, dibanding dengan karya sebelumnya, "Luz Series" yang kelima ini merupakan karya terbesar Eddi. "Ini juga yang pertama ditampilkan di luar ruang," kata dia.
"Luz Series 5" ini memang cukup besar dengan tinggi 4 meter dan lebar 4 meter. "(Luz Series) yang lain lebih kecil," kata Bambang. Berapa lama Eddi membuat "Luz Series 5" ini? "Dia sudah bekerja sejak 1 Juli lalu."
ANANG ZAKARIA