TEMPO Interaktif, YOGYAKARTA - Setidaknya 52 aktivis dari enam negara di Asia bertemu di Yogyakarta untuk saling berbagi pengalaman soal penanganan bencana alam. Mereka berasal dari China, India, Indonesia, Thailand, Filipina dan Vietnam dan alumni Fellowship Program (IFP) Ford Foundation.
" Keadilan sosial ini diharapkan bisa diadaptasi baik dari sisi pemerintah maupun smeua pihak termasuk NGO" kata Mary Zurbuchen, Direktur Internasional Fellowship Program dari Ford Foundation di Yogyakarta, Jumat 15 Juli 2011.
Menurut Mary, salah satu yang dibahas adalah soal kearifan lokal dalam menangani bencana. Terutama menciptakan keadilan sosial bagi para korban dan komunitas.
Para aktivis itu juga akan saling berbagi soal bagaimana menangani bencana. Terutama di kawasan yang dikelilingi ring of fire. “Seperti di China, ketika peristiwa bencana terjadi, pemerintah mengambil tanggung jawab itu,” katanya." Di Indonesia misalnya, kelompok civil society dan NGO bersama pemerintah melakukan tindakan bersama-sama" .
Para aktivis juga mempresentasikan pengalaman mereka selama terlibat dalam bencana di daerah mereka. Sebagai contoh, Pannee Samerpak asal Thailand dengan tulisannya berjudul Disaster Risk Reduction and Climate Change Adaptation Recources: Case Study Adapting Organic Jasmine Rice Farmers to Climate Change in Yosothorn Thailand menceritakan usaha-usaha membuat tanaman pertanian, khususnya padi organik yang dapat beradaptasi pada perubahan iklim di daerah Thailand Utara.
Adapun aktivis asal Filipina, Angela Toledo Bruno (Filipina) menceritakan pemetaan dan pengidentifikasian atas area-area yang rentan terhadap banjir dengan menggunakan Geographic Information System (GIS) di daerah aliran air seperti Manupali, Taganibong, dan Maramag di Bukidnon, Filipina.
Ketua Presidium IFP Indonesia, Ahmad Zaki menambahkan, konferensi yang membahas perubahan iklim ini lebih menekankan pada penanganan dan manajemen bencana yang baik agar tercipta social justice (kebijakan sosial) bagi semua kalangan.
Beberapa hasil yang diharapkan, katanya, mendokumentasikan pengalaman, ide penanganan bencana dalam menciptakan social justice yang bisa diadaptasi oleh pihak terkait termasuk pemerintah, perumusan komitmen dan rencana kerja khususnya di kawasan Asia dalam merespon perubahan iklim.
BERNADA RURIT