TEMPO Interaktif, Purwakarta - Rencana penyelenggaraan Festival Tumpeng untuk memecahkan rekor MURI yang digagas Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mendapat kecaman keras dari Forum Umat Islam setempat. "Itu perbuatan mubazir," kata K.H Abdullah A.S Joban, Ketua FUI Kabupaten Purwakarta, Jumat, 15 Juli 2011.
Menurut Joban, Festival Tumpeng tersebut sebetulnya hanya dijadikan "bungkus" oleh Bupati Dedi Mulayadi dalam mengemas tujuan pribadi dia yang sebenarnya. "Yakni perbuatan mistik dan syirik," tutur Joban.
Indokator itu bisa dilihat dengan gencarnya Dedi membungkus setiap pepohonan di pinggir jalan dengan kain dan plastik warna "hitam-putih" lambang yang selama ini dimagiskannya. Lalu, akan ada arak-arakan kereta kencana yang dikalungi bunga dan ritual pembakaran kemenyan.
"Yang paling menyinggung perasaan umat, Dedi nekad menggelar Festival Tumpeng tersebut bertepatan dengan malam Nisfu Sya'ban," Joban menegaskan sikapnya. "Dia telah menodai ibadah ritual agama Islam."
Joban pun mengaku mendapatkan banyak keluhan dari para pegawai negeri sipil kalangan bawah yang diwajibkan membuat tumpeng oleh bupati itu. "Mereka keberatan karena masih banyak keperluan yang lebih penting dan memerlukan biaya ketimbang sekedar membuat tumpeng," papar Joban. Namun, PNS ini, kata dia, tak berdaya menolak karena adanya ultimatum dari bupati.
Ihwal adanya ultimatum tersebut dibenarkan Ketua DPRD Kabupaten Purwakarta, Ucok Ujang Wardi. "Saya dapat laporan dari Kepala Badan Kepegawaian Daerah," kata Ucok. Konon, kata dia, PNS yang tidak ikut Festival Tumpeng akan dihambat kenaikan pangkatnya.
Menurut Ucok, sebaiknya peserta Festival Tumpeng dalam memeriahkan Hari Jadi Purwakarta ke-180 tahun itu diikuti para PNS yang sudah memiliki jabatan karena penghasilan mereka sudah cukup. "Wajarlah kalau setahun sekali menyumbangkan tumpeng," kata Ucok.
Ia memastikan tidak akan menghadiri Festival Tumpeng yang akan berlangsung di sepanjang perempatan Jalan Baru atau depan kantor Kecamatan Purwakarta hingga Gedung Kembar Nakula-Sadewa di Jalan Singawinata yang berjarak sekitar dua kilometer itu. "Kawan-kawan anggota Dewan juga banyak yang menyatakan tidak akan hadir," imbuh Ucok.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menyebutkan Festival Tumpeng yang akan diikuti oleh 20 ribu tumpeng yang dibuat kalangan PNS, aparat desa, organisasi kemasyarakatan, dan potensi masyarakat lainnya itu menyimbolkan bahwa Purwakarta saat ini sudah lebih maju dibandingkan sebelumnya. Festifal Tumpeng digelar saat menjelang hari jadi Purwakarta.
"Dimaksudkan sebagai momentum ikon pariwisata. Apalagi, penyelenggaraannya dibarengkan dengan Festival Budaya Bali dan Helaran Hajat Lembur Kahuripan," katanya.
Dedi juga menampik tudingan bahwa PNS dipaksa dan akan kena sanksi jika tak ikut membuat tumpeng. "Tidak ada paksaan sama sekali. Justru itu merupakan wujud kesadaran dan kecintaan para PNS terhadap Purwakarta," tutur Dedi.
NANANG SUTISNA