Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Teror di Atas Panggung  

image-gnews
Putu Wijaya. ANTARA/Dodo Karundeng
Putu Wijaya. ANTARA/Dodo Karundeng
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Seseorang terus mengerang dan meringkuk kesakitan. Hanya kata "aduh" yang keluar dari mulutnya. Orang-orang di sekitarnya mengelilinginya. Ada perbincangan yang tak ada habisnya di antara orang-orang itu. Adapun si sakit terus saja merintih "aduh" dan tak menjawab satu pun orang yang menanyainya. Maka, si sakit tak kunjung ditolongnya.

Tema sederhana itu diperankan realis oleh Teater Mandiri dalam lakon Aduh di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Jumat dan Sabtu lalu, 15-16 Juli 2011. Meski hanya satu babak yang dimainkan, naskah yang ditulis oleh sastrawan Putu Wijaya itu acap mengundang tawa ratusan penonton. Sebelumnya, Teater Mandiri mementaskan monolog Putu Wijaya berjudul Apakah Kita Sudah Merdeka dan Satan di Gedung Kesenian Jakarta pada awal Juli lalu dalam rangkaian 40 tahun teater itu.

Lakon Aduh untuk pertama kalinya dimainkan pada 1973 di Teater Arena, Taman Ismail Marzuki. Jalan ceritanya sederhana manakala kelompok orang tertentu berhadapan dengan si sakit yang tengah sekarat. Mereka sibuk menghadapi kelompoknya sendiri. Orang-orang itu tak henti-hentinya meributkan si sakit ketimbang secepatnya menolong. Entah yang ragu akan keadaan si sakit, sehingga merasa waktu tersita sia-sia.

Ada konflik sederhana, tapi sangat menarik dan menggelitik di sini. Seolah-olah naskah menjadi satu media untuk menelanjangi masyarakat yang, secara sadar ataupun tidak, telah sakit. Mereka menyudutkan dan mencurigai dengan tak masuk akal individu minoritas. Tak jarang mereka menghakimi dengan membabi-buta dan tak berkesudahan. "Dulu (1973) naskah ini saya tulis hanya karena kepentingan kemanusiaan. Tapi, saat ini, saya rasa masih relevan. Orang-orang sering hanya banyak berbicara dibanding bertindak," ujar Putu Wijaya.

Menurut penyair dan pengamat teater Afrizal Malna, dalam bukunya, Perjalanan Teater Kedua: Antologi Tubuh dan Kata, naskah Aduh menjelaskan situasi yang tak sekadarnya. Maksimalisasi tubuh dan peran kemanusiaan dipompakan sedemikian rupa untuk personifikasi yang tidak menemukan tokoh dalam dirinya sendiri. Prosedur personifikasi telah diringkus pada tingkat identifikasi diri melalui komunikasi yang hanya disampaikan lewat kata "aduh". Dan ini ditangkap oleh Afrizal sebagai rusaknya lingkungan komunikasi dalam masyarakat.

Citra Teater Mandiri sebagai teater teror masih melekat erat. Setiap pertunjukan yang digarapnya tak hanya selesai untuk sekadar ditonton dan dinikmati. Realitas yang dibangun dalam pertunjukan teater tak semata-mata berhenti di atas panggung.

Tak jarang naskah-naskah yang ditulis Putu Wijaya menjadi teror bagi penontonnya. Kata-kata menjadi kekuatan untuk setiap efek teror yang ditebarkan. Menurut Afrizal, pilihan vokal-vokal keras dan tegas yang kerap digunakan oleh Teater Mandiri, penempatan manusia yang bergerombol, bahkan blocking yang terkadang antifokus sering mampu meminimalkan verbalisme kata.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ciri seperti itu muncul juga dalam naskah Aduh. Si sakit sebagai individu minoritas dihadapkan pada gerombolan manusia yang berdebat tak berkesudahan untuk menolongnya. Satu per satu pemain melontarkan pendapat dan gagasannya, kemudian yang lain saling menyahut.

Dialog yang bersahutan itu menjadi semacam siklus. Ada kemiripan dialog tapi dengan sahutan yang berbeda. Jika pemain salah menyahut, mereka akan terjebak dalam dialog yang berulang-ulang. "Harus diucapkan dengan akurat betul," kata Putu.

Dalam garapan Aduh sekarang ini, Putu menciptakan semacam medley pertunjukan: monolog, teater realis, dan bercerita dengan gambar. Ia membawakan dua monolognya berjudul Sejarah dan Kalau Boleh Memilih. Dalam monolog tersebut, Putu menyisipkan konsep teater rakyat yang melibatkan interaksi penonton.

Lalu di akhir pertunjukan, mereka memperlihatkan gerak tubuh di balik layar putih dengan permainan tata cahaya dan diiringi lagu Jangan Menangis Indonesia ciptaan Harry Rusli. Seperti bercerita dalam medium gambar.

Dalam tiap naskahnya, Putu selalu membingkai peristiwa kecil dari tema sederhana dan memanjangkannya dengan terperinci. Naskah-naskah itu kemudian menjadi frame yang besar dalam sebuah pertunjukan. Selamat ulang tahun ke-40, Teater Mandiri!

ISMI WAHID

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus di Gedung Kesenian Rumentang Siang Bandung, Sabtu 14 Oktober 2023. (Dok.Bandoengmooi)
Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.


Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Pertunjukan seni longser gelaran Bandungmooi berjudul Pahlawan Kesiangan. Dok.Bandoengmooi
Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.


Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty. TEMPO/Charisma Adristy
Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal


Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.


Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Sejumlah pemain melakukan pertunjukan seni teater yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari dengan lakon
Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.


Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Pertujukan Shiraath oleh Teater Rumah Mata di Metrolink Street Market, Kota Medan, pada Ahad, 10 April 2022. Dok. Teater Rumah Mata
Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.


Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

105 Tahun Gedung Wayang Orang Sriwedari
Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.


27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

Pertunjukan teater Sie Jin Kwie dari Teater Koma. (ANTARA)
27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.


Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Kelompok Teater Api Indonesia memainkan lakon berjudul Toean Markoen di Festival Teater Tubuh II, Selasa 16 Maret 2021. Dok. Festival
Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.


Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

3 Juli 2020

Pertunjukan teater Sie Jin Kwie dari Teater Koma. (ANTARA)
Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

Pementasan Sie Jin Kwie pada 2010 lalu di Graha Bhakti Budaya, Jakarta, kini bisa disaksikan kembali pada 4 - 5 Juli di kanal YouTube Indonesia Kaya.