TEMPO Interaktif, Solo - Juru bicara utama Jamaah Anshorut Tauhid, Abdurrochim Ba’asyir, menyatakan jika organisasi mereka tak memiliki keterkaitan dengan Pesantren Umar bin Khattab Bima, Nusa Tenggara Barat. Menurutnya, pimpinan pesantren tersebut telah menyatakan keluar dari jamaah tersebut sebelum peristiwa penggerebekan beberapa hari lalu.
“Tuduhan yang mengaitkan kasus Bima dengan JAT adalah tidak benar,” kata Abdurrochim di markasnya, Rabu, 20 Juli 2011.
Menurutnya, pimpinan pesantren tersebut, Abrory M. Aly, saat ini sudah tidak tercatat sebagai anggota Jamaah Anshorut Tauhid lantaran telah menyatakan keluar. Sementara, kegiatan yang dilakukan di pesantren tersebut dilakukan tanpa ada koordinasi dengan pengurus JAT setempat.
Abdurrochim mengaku memiliki bukti kuat bahwa Abrory telah keluar dari jamaah tersebut. Bukti tersebut berupa kliping koran dari media setempat yang di dalamnya terdapat pernyataan dari Abrory bahwa dia telah keluar dari organisasi bentukan Abu Bakar Ba’asyir tersebut.
Dia menceritakan JAT Bima merupakan salah satu cabang yang dibentuk sejak enam bulan lalu. Hanya saja, ada selisih pendapat antara Abrory dengan para pengurus yang lain yang menyebakan Abrory menyatakan keluar dari JAT.
Selain itu, JAT juga menegaskan jika organisasi itu tidak memiliki kaitan dengan kasus perusakan rumah di Mojokerto, 17 Juli lalu. “Memang rumah yang dirusak adalah milik salah satu anggota JAT,” kata juru bicara JAT yang lain, Sonhadi. Hanya saja, kasus tersebut merupakan masalah pribadi antara pemilik rumah dengan warga setempat.
Dia juga membantah jika rumah semi-permanen yang dirusak adalah markas JAT. Menurutnya, bangunan tersebut adalah rumah pribadi salah satu anggotanya. Dia menyesalkan pemberitaan di beberapa media yang menyebut bahwa bangunan dari bambu itu sebagai markas JAT tanpa ada konfirmasi. “Kami siap untuk dikonfirmasi oleh media setiap saat,” kata Sonhadi.
AHMAD RAFIQ