TEMPO Interaktif, Jakarta - Ada yang berbeda di Istana Negara, Senin, 25 Juli 2011. Hari ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertemu dengan pimpinan 11 organisasi Islam di negeri ini. Ada tokoh Nahdlatul Ulama , ada pimpinan Muhammadiyah, dan sederet pimpinan organisasi Islam lainnya juga tak mau ketinggalan. Mereka dari Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Al Ittihadiyah, Al Washliyah, Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), Syarikat Islam Indonesia, Mathlaul Anwar, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Azziqra, Persatuan Islam (Persis), dan Rabithah Alawiyah.
Ada apa gerangan? Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Senin, 25 Juli 2011, mengatakan bahwa salah satu agenda yang dibahas di rapat itu adalah menyampaikan sikap bahwa Nahdlatul Ulama bakal mendukung pemerintah selama Undang Undang Dasar 1945 tak dilanggar. Sebab, konstitusi jelas mengatur bahwa Indonesia menganut sistem presidensial yang berlangsung selama lima tahun.
"Selama tidak ada (pelanggaran), harus dijaga lima tahun,” ujar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Senin, 25 Juli 2011.
Jika ada pihak yang ingin menjegal pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, kata Aqil, organisasi Islam terbesar di Indonesia itu bakal melawannya.
Dalam pertemuan NU bersama organisasi Islam lainnya dengan SBY yang dilakukan sebelum konferensi pers itu, kata Said, mereka sepakat berkomitmen untuk menjaga dan menyelamatkan negara. Tetapi, pemerintahan harus membenahi hal-hal yang belum sempurna. “Ciptakan pemerintahan yang bersih,” ucapnya.
Banyak orang mengaitkan pertemuan SBY ini dengan kepudaran popularitasnya setelah isu korupsi melanda Partai Demokrat yang dibesarkan SBY. Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, saat memberikan pengarahan kepada peserta Rapat Koordinasi Nasional partai itu di Sentul akhir pekan lalu, mengatakan ada gerakan yang ingin menjatuhkan Yudhoyono sebelum 2014.
BUNGA MANGGIASIH