Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menjaga Anak-anak Terpilih

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta -Faiz, anak lelaki berusia 6 tahun, tampak seperti anak-anak lain seusianya, lincah dan aktif bergerak. Tapi tahun lalu, ia sempat membuat kedua orang tuanya gelisah.

"Awalnya kami pikir tak masalah ketika dia mulai suka makan dan sering minum. Tapi, ketika berat badannya tetap 11 kilogram, perutnya membuncit, dan mulai sering ngompol, padahal sudah lama sekali tidak demikian, kami mulai khawatir," kata M. Arif Novianto, ayah Faiz, dalam acara seminar media tentang deteksi dini diabetes pada anak, pekan lalu.

Arif sangsi ketika dokter mendiagnosis Faiz mengidap penyakit paru-paru. Arif setengah memaksa dokter untuk melakukan tes darah. "Dokter angkat tangan ketika hasil tes gula darah Faiz mencapai angka 270 sebelum makan dan 450 sesudah makan," kata Arif, dalam acara yang diselenggarakan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan World Diabetes Foundation itu. Kadar gula darah yang aman adalah 100-140 mg/dl.

"Di keluarga besar sempat saling menyalahkan begitu disebut Faiz mengidap diabetes tipe I," kata Arif. Padahal, menurut ahli endokrin anak dr Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), narasumber dalam acara tersebut, diabetes melitus tipe I (DM tipe I) tidak lagi patuh kepada aturan keturunan yang hanya terjadi pada 10 persen kasus. Penyakit metabolik ini sebagian diduga juga akibat penyakit autoimun, infeksi virus, sel pankreas yang rusak, atau tubuh tak lagi bisa memproduksi cukup insulin.

"Bahkan juga yang asimtomatik atau sebabnya tidak diketahui," kata dr Aman, yang juga merawat Faiz. Aman merujuk pada pasien lainnya, Arman Maulana Azhar, 18 tahun, remaja pengidap DM tipe I yang didiagnosis sejak kelas V sekolah dasar.

DM tipe I adalah kelainan sistemik yang terjadi akibat gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia kronik, yakni terjadi kerusakan pada sel penghasil insulin di liur lambung atau pankreas yang bertugas menjaga keseimbangan gula darah.

Pada satu titik, menurut dr Aman, lebih penting mencari solusi bagaimana menangani anak-anak yang terpilih mengidap DM tipe I ini, sebagaimana halnya perhatian yang didapat anak-anak yang mengidap DM tipe II. "Sebab, jika yang tipe II masih ada obat yang bisa dikonsumsi, yang tipe I tergantung insulin saja," kata dr Aman.

"Pemerintah bukannya tidak memperhatikan kebutuhan pengidap diabetes tipe I ini. Tapi kami juga berharap ada gerakan dari komunitas untuk ikut menangani masalah ini," kata Dr Ekowati Rahajeng, SKM, MKes, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular, dalam sambutannya.

"Menangani penyakit kronik memang berat bagi negara berkembang, seperti Indonesia, karena juga masih berhadapan dengan masalah penyakit infeksi," kata dr Badriul Hegar, SpA(K), PhD, Ketua Umum Pengurus Pusat Dokter Anak Indonesia. Berdasarkan pendataan selama 2008-2010 Unit Kelompok Kerja Endiokrinologi Anak IDAI, sebanyak 674 anak mengidap DM tipe I di Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terlepas dari beratnya biaya yang harus dikeluarkan, dr Aman juga prihatin terhadap tingginya angka kesalahan dan keterlambatan diagnosis pada anak pengidap diabetes tipe I. Ini terjadi karena kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang masih rendah soal DM tipe I. Selain kemungkinan terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi, anak pengidap DM tipe I bisa terserang ketoasidosis diabetikum.

"Seperti Faiz, Arman juga sempat mengalami ketoasidosis sehingga harus dirawat sampai enam kali," kata dr Aman. Ketoasidosis adalah kondisi ketika kadar gula darah meningkat tak terkendali sehingga menyebabkan tubuh membentuk zat sampingan keton. Keton menyebabkan darah menjadi asam yang meracuni otak sehingga kesadaran pasien menghilang. Serangan awalnya mulai sesak napas, muntah-muntah, sakit perut, kerusakan ginjal, katarak, jantung, hingga koma dan kematian.

Seorang pengidap DM tipe I harus mengambil "rapor" tiga bulan sekali. "Selama pemeriksaan darah HbA1C, bisa bertahan di bawah angka delapan bisa dikatakan mereka hampir normal," kata Aman. "Intinya, jangan sampai lupa mengecek kadar gula darah."

UTAMI WIDOWATI

Waspadai jika anak:

-Makan banyak tapi berat badan tak bertambah.
-Sering kehausan.
-Sering buang air kecil. Pada malam hari tiba-tiba sering mengompol, meski sebelumnya tidak pernah lagi sejak beranjak besar.
-Cepat lelah.
-Napas anak berbau aseton atau asam.
-Mudah terkena infeksi jamur pada kulit.
-Penglihatan kabur.
-Muntah dan sakit perut.

Empat pilar penanganan DM tipe I pada anak:
-Insulin dengan jumlah yang teratur dan terukur.
-Pengaturan pola makan, jenis, dan jumlahnya.
-Olahraga.
-Pemantauan rutin.
-Edukasi bagi anak, orang tua, keluarga, dan masyarakat di lingkungan anak.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita

6 November 2022

Wanita paruh baya atau emak-emak tampak di video sedang terbawa emosi saat menonton televisi.
Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita

Televisi telah menjadi hiburan bagi kebanyakan manusia modern. Bagi balita, dampak buruk apa yang bisa ditimbulkan dari menonton TV Digital ?


8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi

3 April 2019

Ilustrasi terapi untuk anak/autisme. Shutterstock
8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi

Autisme bukan kelainan, melainkan keterbatasan seseorang dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.


Perubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi

4 Februari 2019

Ilustrasi bayi. Pixabay.com
Perubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir rentan alami gangguan kesehatan jantung akibat perubahan iklim


Kembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis

24 Januari 2019

Ilustrasi ayah dan ibu mengobrol dengan balita. shutterstock.com
Kembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis

Gerakan ritmis pada anak bisa membantu mengembangkan kemampuan berbicara pada anak usia dini.


Bayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter

15 November 2018

Bayi Gumoh. youtube.com
Bayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter

Salah satu gangguan pencernaan yang sering terjadi pada bayi usia 0-12 bulan adalah gumoh. Gumoh bukan muntah yang diawali mual dan penuh di perut.


Anak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik

11 November 2018

Anggota WET Indonesia memperagakan gerakan akuarobik menggunakan pelampung yang dinamakan noodle. TEMPO | Dwi Nur Santi
Anak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik

Ketimbang memaksakan anak belajar berenang, ada baiknya orang tua memperkenalkan anak pada olahraga akuarobik atau aerobik air.


Tanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya

6 November 2018

ilustrasi telinga bayi (pixabay.com)
Tanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya

Banyak ibu mengira kulit bayi menjadi sensitif jika terkena air susu ibu atau ASI saat menyusui, terutama di daerah pipi


Ibu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya

1 November 2018

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
Ibu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya

Imunisasi adalah prosedur penting untuk mencegah anak terkena infeksi penyakit sejak usia dini.


Bayi Poppy Bunga Terkena Infeksi Usus, Apa Gejalanya

19 Oktober 2018

Poppy Bunga usai melahirkan anak keduanya. (Seno/Tabloidbintang.com)
Bayi Poppy Bunga Terkena Infeksi Usus, Apa Gejalanya

Poppy Bunga menceritakan infeksi usus yang terjadi kepada anak keduanya saat berusia 2 minggu, dan baru ketahuan di usia 1,5 bulan.


Bayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah

17 Oktober 2018

ilustrasi susu (pixabay.com)
Bayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah

Kontroversi susu kenal manis, apakah termasuk produk susu atau bukan memiliki implikasi yang panjang sampai ke masalah stunting.