TEMPO Interaktif, Jakarta - Bunyi bisa dieksplorasi dari mana saja. Logam, kayu, atau medium apa pun punya kekhasan masing-masing. Tak terkecuali barang bekas. Di tangan seniman Dodong Kodir, barang-barang bekas itu diubah menjadi alat musik dan bunyi.
Sebanyak 16 alat musik dari barang bekas ciptaan Dodong kini tengah dipamerkan di Japan Foundation, Jakarta Selatan, hingga 5 Agustus mendatang. Sebelumnya, pameran yang mengambil judul “Bunyi Barang Bekas Dodong Kodir” itu digelar di Balai Handap Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, Jawa Barat, pada pekan kedua bulan ini. Bahkan, pada penutupan pameran di Bandung, alat-alat musik kreasi tersebut dimainkan oleh Dodong, yang berkolaborasi dengan musisi Jepang, Makoto Nomura.
Semula Dodong adalah seorang pengrawit gamelan di studio tari. Selain seni tari, ia terlibat aktif dalam seni teater. Dari teater inilah Dodong mulai aktif mencari jenis bebunyian ilustratif. Maka, tak mengherankan jika Dodong kemudian sangat bersemangat merekayasa bunyi dari barang-barang bekas itu.
Boleh dibilang, bukan hal baru bagi banyak seniman untuk mengeksplorasi bebunyian ritmis atau perkusif. Segala benda, jika dimainkan dengan tempo tertentu, akan menghasilkan bebunyian yang eksploratif.
Dalam menciptakan bunyi, Dodong selalu mengikuti hal-hal aktual yang terjadi di sekitarnya. Ketika tsunami terjadi, misalnya, ia tergerak untuk menghasilkan alat musik yang mampu menirukan suara ombak atau deru air laut. Seperti karyanya yang ia beri nama Sagara, berbentuk mirip rebana, tapi tak ada ruang resonansi. Di dalamnya terdapat peluru sepeda yang akan bergesekan dengan kain kanvas dan plastik fiber sehingga menghasilkan suara ombak.
Ada juga karya bernama Tornadong. Instrumen itu terbuat dari kulit buah labu yang lubangnya ditutup dengan plastik fiber, tapi bagian tengahnya dibubuhi pegas. Pegas yang tergerak menciptakan suara memantul menyerupai suara halilintar. Menurut Dodong, nama Tornadong tak lain merupakan gabungan kata “tornado” dan nama dirinya.
Ketika virus flu burung mewabah, Dodong tak serta-merta melupakan kejadian itu. Ia menciptakan karya Chickendrum yang terbuat dari pakan ayam yang diberi lubang di bagian tengahnya. Cara memainkan instrumen bunyi ini adalah dengan menepuk lubang itu sehingga menghasilkan suara seperti kick-drum.
Alat bunyi yang diciptakan Dodong tersebut sebagian besar memang hanya menghasilkan suara ilustratif. Tak ada tangga nada yang baku pada instrumen-instrumen itu.
Meski begitu, Dodong membentuk Lungsuran Daur Contemporary Instrument, grup musik kontemporer yang memanfaatkan olahan barang bekas sebagai instrumen musiknya. Pada 2002, Lungsuran Daur sempat tampil dan mampu memainkan instrumen barang bekas itu dalam komposisi-komposisinya.
ISMI WAHID