TEMPO Interaktif, Denpasar - Tiga jalak Bali hasil penangkaran dari Jurong Bird Park Singapura dipulangkan ke Ubud. Tiga burung yang telah berusia tiga tahun itu, dua jantan dan satu betina, akan dipelihara di Pusat Penangkaran Yayasan Begawan setelah masa karantina di Bali Bird Park selesai.
“Program itu adalah hasil kerja sama antara lain dengan Yayasan Begawan, Ubud, dengan Jurong Bird Park, Singapura. Kedatangan mereka menambah keyakinan akan kesuksesan program kami,” kata Bradley T. Gardner, pendiri Yayasan Begawan, Kamis, 28 Juli 2011.
Begawan Foundation, yang didirikan oleh Bradley dan Debbie Gardner pada 1999, memfokuskan perhatian terhadap konservasi Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang terancam punah. Proyek konservasi burung yang juga dikenal sebagai Mynah Rothschild atau Bali Mynah itu dimulai dengan dua pasang Jalak Bali yang diimpor dari Inggris pada 1999.
Pada 2005, yayasan telah membesarkan 97 burung yang kemudian dibawa ke Nusa Penida. Sebanyak 65 burung dilepas selama dua tahun ke depan agar bisa menjadi kawanan liar yang berkelanjutan.
Tahun lalu, burung-burung penangkaran yang tersisa dikembalikan ke daratan untuk situs baru yang didirikan di Sibang, Green School. Yayasan Begawan mendirikan kandang baru untuk mengakomodasi peningkatan jumlah burung.
Jalak Bali terdaftar sebagai spesies burung yang terancam punah oleh CITES (Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Langka) pada tahun 1970. Beberapa organisasi telah mencoba untuk membantu burung itu bertahan hidup, namun perburuan liar masih mengancam. Burung itu juga menghadapi perusakan habitat yang menjadi ancaman utama upaya repopulasi burung.
Burung ini ini banyak diincar pemburu karena keindahannya, terutama bulu kepalanya. Dengan tubuh putih, warna biru cemerlang membingkai mata, dan sentuhan hitam di ujung sayap dan bulu ekor, keindahannya sangat memesona. “Kami terus memantau dan mengamati burung di alam liar, serta melacak tempatnya bersarang dan berkembang biak,” kata Bradley.
Data daerah burung bersarang dan berkembang biak membantu mereka memastikan keberhasilan pelepasliaran di masa depan. Pemilihan lokasi pelepasan akan disesuaikan dengan cara burung bertahan di alam liar, jenis makanan yang diperlukan, dan bagaimana burung berkembang biak.
ROFIQI HASAN