TEMPO Interaktif, Jakarta - Meski defisit perdagangan Indonesia dan Cina kian mengecil, tampaknya itu lebih banyak dipengaruhi ekspor bahan mineral dari Indonesia yang meningkat. Hal itu seiring dengan langkah Negeri Tirai Bambu memperbesar volume impor bahan mineral untuk mendorong pertumbuhan industrinya.
"Kami masih lebih banyak menjual bahan mineral ke Cina," ujar Direktur Jenderal Kerja Sama Industri Internasional Agus Tjahajana di Jakarta, Senin 1 Agustus 2011. Kondisi itu akan berpotensi terus berlanjut. "Tampaknya Cina masih akan stok banyak mineral dari kita."
Walhasil, meski kondisi neraca perdagangan membaik, pemerintah harus mewaspadai kondisi tersebut. Pasalnya volume impor bahan mineral berpotensi menguras sumber daya mineral dalam negeri dan menyebabkan industri dalam negeri tidak maksimal.
Untuk mencegah hal itu pemerintah akan menghentikan ekspor bahan mineral pada 2014. Langkah penghentian ekspor itu tidak hanya berlaku ke Cina, tapi juga ke semua negara tujuan ekspor mineral Indonesia seperti India, Jepang, dan Korea Selatan.
Sebagai langkah pencegahan jangka pendek, Kementerian Perindustrian sedang merekomendasikan penerbitan aturan bea keluar untuk bahan mineral sebelum ekspor mineral ditutup total. "Kita perlu harus menerapkan bea keluar sebagai transisi sebelum pelarangan nanti," katanya.
Badan Pusat Statistik menyatakan defisit neraca perdagangan dengan Cina semakin kecil setiap bulannya. Negara yang masih menjadi negara tujuan ekspor nonmigas terbesar Indonesia tercatat Cina, Jepang, dan Amerika Serikat, masing-masing sebesar US$ 1,94 miilar, US$ 1,63 miliar, dan US$ 1,34 miliar.
Ekspor ke AS mengecil karena dampak krisis yang dialami negara itu. Sedangkan defisit perdagangan yang membesar justru terpantau dari perdagangan Indonesia dengan Thailand dan Australia. Defisit perdagangan dengan Thailand pada semester pertama mencapai US$ 471,7 juta dan Australia US$ 239,1 juta.
Data Badan Pusat Statistik juga memperlihatkan ekspor semester pertama yang US$ 98,64 miliar tersebut disumbangkan ekspor bahan baku mineral dalam jumlah tinggi, yakni US$ 12,18 miliar atau 15,40 persen dari total ekspor.
Ekspor bahan bakar mineral tersebut naik 32,27 persen dari ekspor bahan bakar mineral periode yang sama tahun lalu yang US$ 9,21 miliar. Untuk Juni terhadap Mei, ekspor bahan bakar mineral melonjak tinggi 57,2 persen dari US$ 2,36 miliar menjadi US$ 2,42 miliar
AGUNG SEDAYU