TEMPO Interaktif, Jakarta - Sebanyak 18 gunung berapi di Indonesia saat ini sedang dalam kondisi membahayakan. Dua di antaranya sudah berstatus siaga. “Statusnya di atas normal,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, saat dihubungi Ahad, 7 Agustus 2011.
Gunung Lokon di Sulawesi Utara dan Gunung Ibu di Maluku Utara dianggap paling mengkhawatirkan. Dua gunung berapi itu terpantau kerap memuntahkan awan panas hingga radius 2,5 kilometer. Meski demikian, kata Surono, untuk saat ini dampak letusan relatif belum membahayakan penduduk yang bermukim di sekitar dua gunung tersebut. “Karena letusan itu mengarah ke barat, sedangkan konsentrasi penduduk ada di sebelah timur,” ujarnya.
Selain dua gunung tersebut, kata Surono, pemerintah juga telah menetapkan status waspada untuk 16 gunung lain. Dua di antaranya adalah Gunung Papandayan dan Gunung Guntur di wilayah Jawa barat. “Ada beberapa kali gempa yang dirasakan warga sekitar,” kata pria yang akrab disapa Mbah Rono ini.
Surono mengatakan pihaknya telah menyiapkan skenario penyelamatan bagi penduduk yang tinggal di daerah sekitar 18 gunung berapi tersebut. Namun adakalanya skenario itu tidak berjalan karena penduduk setempat sering kali mengacuhkan imbauan dari pihak berwenang. “Biasanya mereka baru pindah jika dampak letusan sudah menelan korban,” katanya.
Dalam kondisi seperti itu, kata Surono, proses penyelamatan akan menemui masalah baru karena kepanikan warga yang menyelamatkan diri. Dia mencontohkan seperti yang terjadi saat Gunung Merapi di wilayah Yogyakarta meletus tahun lalu.
Peningkatan aktivitas gunung-gunung berapi juga menyita perhatian orang nomor satu negeri ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Jumat sore saya dipanggil menghadap beliau, tapi karena sibuk, maka dibatalkan. Sabtu siang (kemarin) saya dipanggil lagi ke Cikeas,” kata Mbah Rono.
Dalam pertemuan tersebut, kata Surono, Presiden SBY meminta penjelasan tentang kondisi terakhir 127 gunung berapi yang tersebar di wilayah Indonesia. “Beliau juga mempertanyakan kesiapan kami dalam mengantisipasi bencana."
Menurut Surono, deteksi ancaman bahaya letusan gunung berapi mesti didukung sarana dan tenaga ahli. “Di Jepang, satu gunung itu diawasi oleh satu professor dan sejumlah ilmuan bergelar doktor,” kata dia.
Oleh karena itu, SBY berpesan agar penanganan aktivitas gunung berapi juga turut melibatkan para pakar yang ada di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. “Saat ini lima gunung ditangani oleh satu tenaga ahli. Dan itu masih minim,” kata Surono.
RIKY FERDIANTO