TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, secara umum, kinerja ekspor Indonesia tidak akan terganggu dengan adanya ketidakpastian perekonomian global saat ini. Sebab pasar ekspor ke Amerika hanya 10 persen, sedangkan ekspor Indonesia yang ditujukan ke Eropa sekitar 11-12 persen. "Pasarnya tidak terlalu besar dibandingkan dengan Cina dan India yang bisa mencapai 2 kali lipat dibanding pasar Eropa atau Amerika Serikat," kata Mari di Kantor Kementerian Perdagangan, Senin malam, 8 Agustus 2011.
Jadi, kata Mari, diversifikasi pasar ekspor yang sudah dilakukan bisa mengimbangi jika ada penurunan permintaan dari Amerika Serikat dan Eropa. "Jadi, selama Asia pertumbuhannya baik dan kami terus diversifikasi pasar, saya rasa kita bisa menjaga pertumbuhan ekspor," kata Mari.
Sebagai gambaran, awal tahun ini, Mari menargetkan ekspor nonmigas saja akan tumbuh sekitar 12-15 persen. Jika dihitung, angka ekspor nonmigas pada 2011 bisa mencapai US$ 139 miliar-US$ 146 miliar.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, hanya 9,99 persen ekspor Indonesia yang ditujukan ke Amerika Serikat selama semester pertama 2011. Sementara ekspor yang ditujukan ke Cina mencapai 11,33 persen dari keseluruhan nilai ekspor. Selain itu, tujuan ekspor Indonesia juga lebih banyak ditujukan ke Jepang, Singapura, dan Malaysia.
Optimisme Mari juga karena ekspor komoditas dari Indonesia lebih banyak menggunakan kontrak jangka panjang. Seperti ekspor batubara untuk kebutuhan pembangkit listrik. "Jadi, tidak terpengaruh dari segi permintaan dan harga," kata dia.
Penurunan permintaan mungkin akan lebih berpengaruh pada ekspor produk manufaktur, seperti alas kaki, tekstil, elektronik dan otomotif. Namun dengan adanya relokasi beberapa pabrik ke Indonesia dapat membantu menghindari dampak negatif yang cukup besar jika permintaan dari Amerika Serikat seret. Contohnya perpindahan pabrik alas kaki dari Cina ke Indonesia. "Sebab sekarang pedagang bisa mengambil sumber barang dari Indonesia dan mengurangi pembelian dari Cina," kata dia.
Lebih lanjut, Mari mengatakan upaya untuk mempertahankan kinerja ekspor yang dilakukan adalah meningkatkan daya saing produk ekspor. Caranya dengan memperbaiki pelayanan di pintu keluar ekspor. Selain itu juga memperbaiki infrastruktur, menjamin listrik dan gas, serta kepastian investasi sehingga bisa menjaga daya saing dan mutu.
EKA UTAMI APRILIA