TEMPO Interaktif, Makassar - Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arifin Nu’Mang mengatakan, pemerintah saat ini mulai fokus untuk mengembangkan produksi talas. Pasalnya, tanaman pangan tersebut sangat diminati oleh Jepang. “Kualitas talas kita bagus daripada produksi Cina, makanya Jepang menyukainya dan meminta supaya diekspor,” kata Agus di kantor gubernur Sulawesi Selatan, Rabu 10 Agustus 2011.
Untuk memenuhi permintaan tersebut, saat ini ia telah memberikan instruksi kepada dua kabupaten penghasil talas untuk melakukan pengembangan bibit benih. Dua kabupaten yang dimaksudnya adalah Bantaeng dan Pinrang. Ia berharap akhir tahun ini produksi talas sudah dapat diproduksi dan di ekspor ke negara tersebut. “Saya belum tahu berapa permintaan yang diinginkan,” kata Agus. Berdasarkan informasi yang dimilikinya, permintaan Jepang ke Cina untuk makanan jenis umbi-umbian ini tak kurang dari 300 ribu kontainer.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Seksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Sulawesi Selatan Helda Tahir mengatakan, produksi talas di provinsi ini belum memungkinkan untuk ekspor. Menurut Helda, kebutuhan talas untuk penduduk Jepang dalam setahun mencapai 350 ribu ton, sementara produksi talas di Sulawesi Selatan masih jauh dari angka itu. “Lahan kita per hektare hanya mampu memproduksi sebanyak 20 ton,” kata Helda. Sedangkan luas lahan talas di Sulawesi Selatan kurang lebih 100 hektare.
Helda mengatakan, pengembangan talas berpusat di Kabupaten Jeneponto. Namun saat ini, jelas dia, Dinas Pertanian akan mencoba mengembangkan di kabupaten lain, seperti Luwu, Pinrang, dan Jeneponto. “Tiap kabupaten tersebut akan dikembangkan masing-masing 1 hektare, termasuk di Bantaeng sendiri akan turut ditambah lahannya,” ujar Helda.
ARDIANSYAH RAZAK BAKRI | ANISWATI SYAHRIR