TEMPO Interaktif, Los Angeles - Titan, bulan terbesar Saturnus, memiliki struktur misterius berbentuk anak panah seluas lima kali Pulau Jawa di atmosfernya. Ilmuwan dari University of California, Los Angeles (UCLA), mengklaim bisa menjelaskan formasi tersebut.
Wahana Cassini, pengorbit Saturnus, menemukan awan berbentuk anak panah pada September 2010 di khatulistiwa Titan. Ukuran panjang awan yang amat besar membuat bingung peneliti mengenai proses pembentukannya.
Ilmuwan keplanetan menggunakan model peredaran udara global untuk menjelaskan fenomena cuaca di satelit ini. Gelombang atmosferik inilah yang menciptakan guratan raksasa di lapisan atas planet.
“Gelombang atmosferik ini sangat alamiah bagaikan resonansi pada gelas anggur,” ujar salah seorang anggota peneliti ilmu keplanetan, antariksa, dan kelautan University of California, Jonathan Mitchell.
Awan-awan metana di atmosfer Titan berlaku seperti bel besar yang berdenging. Gelombang yang dihasilkan awan-awan ini menjalar ke lokasi lain sehingga ikut mempengaruhi getaran seluruh awan di atmosfer. Beberapa bentuk khusus, seperti anak panah, merupakan akumulasi gelombang dari segala arah yang menekan uap metana.
Tekanan tinggi pada atmosfer menghasilkan peningkatan curah hujan. Tepat di bawah awan berbentuk anak panah tersebut, curah hujan bisa mencapai 20 kali lebih tinggi dibandingkan kondisi normal. Awan misterius seperti ini menghasilkan erosi yang mengukir daratan Titan.
“Pekerjaan kami selanjutnya adalah memprediksi pembentukan awan dan pola cuaca menggunakan model yang sama,” kata Mitchell.
Penelitian sebelumnya menunjukkan Titan memiliki cuaca tropis di seluruh bagiannya. Titan juga memiliki struktur atmosfer mirip dengan planet Bumi. Karenanya, mempelajari proses atmosfer di Titan akan memperkaya pengetahuan manusia mengenai pola pembentukan cuaca di Bumi.
SPACE | ANTON WILLIAM