TEMPO Interaktif, Jakarta - Pendapatan bisnis retail pada bulan Ramadan terdongkrak karena adanya berbagai gelaran penjualan tengah malam atau yang biasa disebut late night sale.
Penjualan malam tersebut bukan berarti harus ada diskon, tapi bisa saja penjualan biasa dengan jam buka toko lebih panjang. Penjualan tengah malam tidak dilakukan setiap hari. Biasanya hanya malam sebelum hari libur.
"Pada gelaran penjualan tengah malam, pendapatan bisnis retail bisa mencapai 50 persen dari omset mingguan," kata Pelaksana Harian Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta ketika ditemui usai pembukaan pasar murah di kantor Kementerian Perdagangan, Kamis, 18 Agustus 2011.
Sebab, kata Tutum, masyarakat kota besar saat ini cukup sibuk untuk meluangkan waktu belanja pada siang hari. Dari catatan beberapa peretail, jumlah pengunjung malam bisa meningkat hingga 100 persen.
"Jadi, kebijakan pemerintah daerah yang mengizinkan kami buka toko hingga jam 12 malam, sangat membantu peretail dan masyarakat," ujarnya. Penjualan tengah malam bisanya dilakukan di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Berdasarkan target Aprindo, omset retail pada 2011 ditargetkan bisa mencapai Rp 120 triliun. Jika pendapatan normal setiap bulan diberi poin 1, maka dalam sebulan omset retail bisa Rp 10 triliun.
Namun, pendapatan setiap bulan tentu tidak selalu merata. "Biasanya, poin pendapatan selama satu bulan Ramadan untuk retail non-food bisa mencapai 2-3 kali bulan biasa," kata dia. Artinya, naik 200-300 persen dibandingkan bulan biasa. Sedangkan, setelah Ramadan, pendapatan bisa anjlok pada poin 0,6 saja.
EKA UTAMI APRILIA