TEMPO Interaktif, Jakarta -Sebanyak enam tunanetra asal Cikampek harus mengubur dalam keinginannya untuk bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan istri, setelah petugas istana keamanan menolaknya."Saya kecewa tidak bisa ketemu pa SBY, petugas melarang kami masuk,"ujar Datim Hermawan, 31 tahun, salah satu tunanetra, asal Cikampek.
Menurutnya, alasan penolakan yang disampaikan petugas jaga pintu masuk Sekretariat Negera dianggap tidak mendasar. Sebab informasi yang ia terima bersama rekannya, open house yang digelar SBY di istana bagi masyarakat baru dibuka sekitar pukul 15.00 sore. "Saya tadi ke sini jam tiga (15.00 WIB) tapi petugas malah mengusir kami,"ungkapnya dengan kesal.
Ia kesal, sebab sebelumnya petugas tidak pernah memberikan informasi tambahan sampai jam berapa acara itu dihelat. "Kami sendiri tidak tahu sampai jam berapa-berapanya,"ujarnya.
Kekesalannya semakin bertambah, sebab rencana tahun kedua untuk bertemu SBY tidak kunjung tiba. Bahkan yang membuat ia marah terhadap pihak istana karena petugas jaga di pintu masuk justru memarahi dan memerintahkannya untuk kembali.
"Suruh siapa datang ke sini? Saya gak rela dibilangin seperti itu," ujarnya. "Kami juga manusia, kami punya perasaan sama dengan yang lainnya," lanjutnya kemudian.
Datim menyatakan keinginannya untuk menemui SBY bukan tanpa sebab. Di samping ingin bertemu secara langsung dan menyapa presiden, mereka juga ingin meminta uang. "Saya akan meminta uang ke pak SBY, sebab ngamen kami diusir sedangkan kami sangat butuh sekali,"ujarnya.
Hingga kini keenam tunanetra asal kota Indutri Cikampek itu masih menunggu di depan pintu masuk. Sebelumnya petugas mendatangi mereka dan memberi nasi kotak."Saya bingung sebab mau pulang ke Cikampek tidak punya ongkos lagi,"ujar Ipah Sri Rahayu, tuna netra lainnya.
Untuk tahun ini panitia sengaja memberlakukan aturan ketat bagi semua warga yang datang. Dimulai pembatasan waktu antre dan bersalaman dengan Presiden. Istana membagi waktu open house antara pejabat dan masyarakat umum. Pagi hari, silaturahmi dikhususkan bagi pejabat negara, menteri, mantan pejabat, dan perwakilan negara asing di Indonesia. Setelah itu, dilanjutkan sore harinya dengan masyarakat.
Masyarakat yang akan masuk istana ditampung di sekitar Monumen Nasional, mereka diberangkatkan menggunakan tiga buah bis 3/4 milik polisi, kemudian dilakukan pemeriksaan menggunakan mesin x-ray terhadap semua barang yang dibawa warga. Aturan ini tidak terlihat tahun lalu, dimana warga langsung berdesakan di pintu masuk istana, saat petugas membukanya. Untuk tahun ini warga yang telah masuk halaman istana wajib mengantongi kartu urut.
Untuk urusan ini panitia telah menyiapkan sedikitnya ada 10 warna kartu. Kartu tersebut disusun panitia berdasarkan nomor urut masuk, mulai biru muda, pink, kuning, putih, krem, oranye, biru, merah, hijau, dan coklat dan telah dilengkapi nomor urut.
Sementara bagi warga yang belum salaman, diminta menunggu dit enda sepanjang 100 meter yang telah disediakan panitia.
JAYADI SUPRIADIN