TEMPO Interaktif, Jakarta - Ekspor Indonesia ke kawasan Afrika ada kemungkinan naik hingga tiga kali lipat dalam waktu 2-3 tahun. Bahkan kenaikan jumlah ekspor bakal terwujud dalam waktu dekat. Sebab, sebenarnya produk ekspor Indonesia ke pasar Benua Hitam jauh lebih besar dari yang tercatat.
Data Kementerian menyebutkan, ekspor ke Afrika mencapai US$ 3,5 miliar, naik hingga 29,62 persen dibanding angka pada tahun sebelumnya. Bahkan, di beberapa negara seperti Afrika Selatan, kinerja ekspor Indonesia tumbuh hingga 100 persen pada periode Januari-Juli 2011.
Hubungan perdagangan di antara negara berkembang (emerging market) pada masa mendatang bukan lagi sebagai pelengkap. “Kerja sama antara kawasan selatan atau emerging to emerging akan menjadi hubungan permanen," kata Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar di Jakarta kemarin.
Pemerintah memandang pertumbuhan kinerja perdagangan dengan Afrika sebagai potensi yang bisa terus ditingkatkan. Tahun ini Indonesia berencana mengirim misi dagang ke Afrika. Beberapa negara yang akan dikunjungi antara lain Afrika Selatan, Mozambik, dan Angola.
Di Mozambik, pemerintah sedang mempersiapkan kerja sama industri tekstil dan produk tekstil. "Persetujuan sudah ditandatangani, tapi pelaksanaannya masih dibicarakan," kata Ketua Komite Afrika Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Mintardjo Halim.
Dengan persetujuan tersebut, pemerintah meminta Mozambik menanam kapas lebih banyak. Kemudian, industri dalam negeri memproses kapas itu lebih lanjut. Hasilnya, berupa pakaian yang dijual lagi ke Mozambik. Selama ini Indonesia hanya mengimpor kapas dari Mozambik.
Adapun Mozambik membeli pakaian dari pasar internasional. Beberapa produsen garmen, seperti India, Pakistan, dan Cina, memproduksi pakaian dengan kapas sendiri. Bukan seperti Indonesia, yang banyak mengimpor dari negara lain. "Mereka pesaing kita," ujar Mintardjo.
Setelah perjanjian kedua negara berlaku, Mintardjo mengusulkan ekspor pakaian ke Mozambik tidak dikenai bea masuk. Demikian sebaliknya. Pajak ekspor kapas Mozambik juga dibebaskan. "Tanpa perjanjian ini, ekspor kita dikenai bea masuk sebesar 20-30 persen," kata dia.
Duta Besar Luar Biasa Mozambik untuk Indonesia, Carlos Agostinho Do Rosario, menyambut baik kerja sama ini. "Kami termasuk kawasan yang stabil di Afrika dan punya banyak sumber daya alam. Kami harap bisa bekerja sama dengan Indonesia, termasuk membangun industri di Mozambik," ujarnya.
EKA UTAMI APRILIA