TEMPO Interaktif, Surakarta - Sejumlah calon investor dalam proyek pengolahan sampah di Surakarta mundur. Mereka menilai pemerintah kurang memberikan kepastian kapan proyek tersebut dapat dilelang.
Keputusan untuk mundur tersebut ditegaskan oleh Direktur PT Srikandi Java, Baningsih Bradach Tedjokartono. “Pemerintah Kota Surakarta terkesan tidak serius,” kata Baningsih, Kamis, 8 September 2011. Perusahaannya telah menunggu kepastian pelaksanaan lelang lebih dari satu tahun.
Dalam proyek yang direncanakan itu, PT Srikandi Java telah menggandeng perusahaan rekanan asal Austria. “Kami juga siap untuk membawa teknologi pengolahan sampah dari Eropa,” kata dia. Setidaknya, nilai investasi yang dipersiapkan lebih dari Rp 300 miliar.
Karena tidak ada kejelasan pelaksanaan lelang, pihaknya memilih untuk mundur. Sebab, pemerintah menurutnya tidak pernah memberikan penjelasan mengenai perkembangan proses persiapan lelang. “Kami kehilangan kepercayaan dari rekanan,” kata Baningsih.
Direktur PT Selaras Daya Utama Liliek Setyawan juga menyatakan jika pihaknya sudah tidak begitu berminat pada proyek pengolahan sampah di Surakarta. “Saat ini kami sedang melakukan persiapan kerja sama dengan kota lain untuk proyek serupa.”
Menurut dia, perusahaannya tengah memaksimalkan sumber daya yang dimiliki untuk proyek-proyek tersebut. “Sehingga andai kata Surakarta jadi menggelar lelang, kami khawatir tidak bisa ikut,” kata Liliek.
Baik Liliek maupun Baningsih merasa heran dengan perkembangan proses pelaksanaan lelang yang berjalan lambat. Sebab, dalam proyek ini seluruh modal akan ditanggung oleh investor.
Wali Kota Surakarta Joko Widodo mengakui jika proyek pengolahan sampah itu telah terkatung-katung selama beberapa tahun. “Proses pembuatan studi kelayakan memakan waktu yang cukup lama,” kata Joko. Saat ini, mereka tengah membuat studi kelayakan kedua setelah studi kelayakan yang pertama dinilai gagal.
Menurut Joko, penyusunan studi kelayakan untuk proyek pengolahan sampah itu merupakan bagian paling sulit. “Kami kesulitan untuk mencari pembanding,” kata Joko. Penyebabnya, pengolahan sampah di kota lain di Indonesia rata-rata masih dilakukan secara konvensional.
Padahal, pengolahan sampah yang akan diterapkan di Surakarta diharapkan mampu memberikan nilai ekonomis. Tidak hanya sekadar dibakar, sampah juga menghasilkan produk sumber energi. Rencananya, sampah yang dikumpulkan di Putri Cempo akan diolah sehingga menghasilkan biogas serta listrik.
Namun, dia yakin proyek tersebut bisa segera dilelang sebelum akhir tahun. “Sudah ada sejumlah investor yang berminat,” kata Joko. Dalam waktu dua bulan ke depan proses uji kelayakannya sudah dapat diselesaikan karena sudah ada pendampingan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dalam penyusunan studi kelayakan kedua ini.
Rencananya Pemerintah Kota Surakarta akan menggandeng pihak swasta dalam mengelola sampah di Putri Cempo. Sampah tersebut akan diolah menjadi pupuk serta sumber energi. Diperkirakan, proyek itu akan menarik investasi hingga Rp 300 miliar.
Permasalahan sampah di Putri Cempo, menurut Joko, sudah sangat serius. Sebab, tempat pembuangan sampah seluas 13 hektare itu saat ini sudah dalam kondisi overload dan harus ditangani secepatnya. Setiap hari, kota berpenduduk 600 ribu jiwa tersebut menghasilkan sampah seberat 260 ton.
AHMAD RAFIQ