TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur - Setelah pencabutan moratorium pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia, negeri itu ternyata masih kekurangan tenaga pembantu rumah tangga. Persatuan Agensi Pembantu Rumah Asing (PAPA) Malaysia sampai-sampai meminta Perdana Menteri Mohammad Najib Razak campur tangan dan mendesak Indonesia.
“Kami harap Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak boleh campur tangan dalam hal ini,” kata Jeffrey Foo, Ketua PAPA, seperti dikutip kantor berita Bernama pada Senin lalu.
Jeffrey mengatakan sejak kesepakatan bersama (MoU) pencabutan moratorium ditandatangani pada Mei lalu belum ada tenaga kerja pembantu rumah tangga yang baru dari Indonesia.
Jeffrey menyarankan kedua negara menetapkan batas waktu untuk menyelesaikan masalah itu dan membatalkan kesepakatan bersama yang sudah ditandatangani. PAPA mendapati bahwa latar belakang masalahnya adalah ketidaksepakatan soal biaya pengiriman tenaga kerja ke sana.
Agen tenaga kerja (PJTKI) di Indonesia, kata Jeffrey, belum bisa menerima karena harga yang ditawarkan pihak Malaysia lebih rendah dibanding ongkos yang perlu ditanggung oleh PJTKI.
"Sekiranya penyebab ketidakpuasan hati terkait dengan MoU yang ditandatangani, maka ia perlu diselesaikan dengan segera oleh kedua-dua negara dalam semangat kejiranan untuk membolehkannya dilaksanakan,” tutur dia.
Namun Kedutaan Besar Republik Indonesia menilai desakan itu berlebihan. "Masih banyak tugas besar yang harus diselesaikan oleh pemimpin kedua negara,” kata Suryana Satradiredja, Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur, kemarin.
Suryana mengatakan penandatanganan kesepakatan bersama untuk mencabut moratorium pengiriman pembantu ke Malaysia bukanlah perjanjian mengikat, di mana pihak lain bisa menggugat jika salah satu pihak tidak mengirim pembantu.
Selain itu Suryana juga menyayangkan sikap PAPA yang cenderung menyalahkan PJTKI dan Pemerintah Indonesia dalam hal ini. "Baik pemerintah maupun PJTKI tidak ada yang bisa memaksa seseorang menjadi pembantu rumah tangga di Malaysia,” katanya.
Apalagi, menurut Suryana, lambatnya pengiriman pembantu ke Malaysia bukanlah permasalahan. "Bukankah pihak Malaysia menyatakan akan mengambil pembantu asing selain dari Indonesia pada saat moratorium dulu? Itu berarti mereka mampu mencari pembantu selain dari Indonesia," kata dia.
Sejak moratorium pada Juni 2009 Malaysia akhirnya mendatangkan tenaga pembantu rumah tangga dari Vietnam, Kamboja, dan Filipina. PAPA pada Juni tahun lalu sempat merilis tak kurang dari 3.000 tenaga pembantu didatangkan dari negara-negara itu tiap bulan.
Tapi, kenyataannya, realisasinya tak sebanyak itu. Malah pada awal tahun ini PAPA "menjerit” dengan menyatakan 35 ribu rumah tangga di Malaysia membutuhkan tenaga pembantu.
TKI yang masih bekerja menjadi pembantu rumah tangga di Malaysia mencapai 300 ribu orang. PAPA mengakui tenaga kerja asal Indonesia memang lebih cekatan dibanding dari negara lain.
MASRUR (KUALA LUMPUR) | DEDDY SINAGA | BERBAGAI SUMBER