TEMPO Interaktif, Jakarta - Beredarnya wacana penggulingan Rektor Universitas Indonesia, Gumilar Rusliwa Somantri, ditanggapi dingin oleh Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh. Menurut Nuh, wacana itu seharusnya tidak berkembang di lingkungan kampus. "Itu, kan, bahasanya seram, bukan bahasa kampus," ujar Nuh di kantornya, Jumat, 8 September 2011.
Isu penggulingan Gumilar dari kursi rektor beredar setelah munculnya surat kaleng yang dikirim ke sejumlah wartawan pada Kamis lalu. Surat itu menyebut beberapa orang yang aktif menggugat pemberian gelar kehormatan kepada Raja Arab Abdullah yang dilakukan Gumilar sedang menyusun rencana menggulingkan rektor.
Menurut Nuh, tradisi penggulingan tidak lumrah dilakukan di kampus. Tradisi itu, kata dia, biasanya terjadi dalam organisasi politik di luar kampus. "Jangan dipaksakan tradisi yang tidak cocok dengan budaya akademik," ujar Nuh.
Nuh pun meminta segenap sivitas akademika UI duduk bersama membahas persoalan yang ada secara terbuka. Kementeriannya, menurut Nuh, belum akan melakukan tindakan lebih jauh terhadap UI. Meski punya kewenangan untuk melakukan pemanggilan terhadap rektor dan perwakilan sivitas akademika UI, Nuh menyebut masih akan memberi kesempatan kepada internal UI untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Apalagi sejak dicabutnya status UU Badan Hukum Milik Negara (BHMN), pengelolaan universitas diserahkan pada otonomi kampus. "Selama masa transisi menjelang disahkannya UU Perguruan Tinggi, UI bisa mengisi dengan otonomi yang sudah ada," ujarnya.
IRA GUSLINA