TEMPO Interaktif, Maros--Musim panas membuat monyet jenis Macaca Maura yang hidup di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, kesulitan memperoleh sumber makanan dan minuman. Akibatnya mereka turun gunung untuk mencari makan dan minum disekitar objek wisata permandian alam Bantimurung.
Abdul Asis Daeng Loga, warga setempat mengatakan hampir setiap hari melihat puluhan monyet ini bergelantungan di pohon-pohon mangga dan pohon dao yang tak jauh dari pemukiman warga. “Kebetulan sedang musim mangga, mereka datang secara berkelompok minimal 20 ekor saat pagi atau sore hari,” jelasnya.
Kepala Seksi Pengelolah Bantimurung, Andi Akbar Maskur yang ditemui dikantornya siang tadi mengatakan hampir setiap pagi dan sore kita bisa melihat monyet-monyet ini bergelantungan di atas pohon untuk mencari makanan. Tak hanya musim panas, tetapi juga musim penghujan dengan jumlah yang lebih sedikit.
Kepala Seksi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Dedi Asriadi, menjelaskan bahwa monyet-monyet ini turun mencari air dan makanan karena tanaman untuk makanan mereka tidak bisa berbuah, sumber air juga kering, akibat kemarau. “Mereka turun gunung karena di lembah gunung seperti daerah objek wisata Bantimurung, monyet-monyet ini masih bisa menemukan berbagai macam buah buahan yang kini sedang musim, seperti mangga dan dao. Cadangan air untuk minum juga masih banyak", katanya.
Meski belum jinak, tetapi monyet-monyet ini juga tidak mengganggu pengunjung. “Mereka datang saa pengunjung kurang, karena mereka masih takut dengan manusia,” kata Akbar. Pihak pengelola taman wisata berencana akan bekerjasama dengan pihak kehutanan untuk memberikan makanan berupa pisang, hal ini dimaksudkan untuk membiasakan monyet-monyet itu bernaur dengan pengunjung.
Kami akan memberikan makanan buat monyet-monyet itu setiap hari Sabtu dan Minggu, diharapkan dengan cara ini yang tadinya masih liar bisa menjadi jinak,” tambah Akbar.
Keberadaan monyet-monyet yang turun gunung ini dinilai tak mengganggu masyarakat. Menurut Daeng Loga, mereka tidak sampai merugikan masyarakat karena tanaman buah yang dimakan masih berada di kawasan hutan lindung.
JUMADI