TEMPO Interaktif, Jember - Para petani tembakau di Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengeluhkan harga tembakau panenan mereka terus melorot sejak pertengahan bulan Ramadan lalu. "Harganya merosot hingga 50 persen, dari Rp 60 ribu hingga Rp 70 ribu per kilogram menjadi Rp 25 ribu sampai Rp 35 ribu per kilogram," kata Ketua Asosiasi Petani Tembakau Naa Oogst, H. Hamam, Minggu, 11 September 2011.
Menurut Hamam, pada saat awal panen sekitar pertengahan Juli 2011 lalu para petani mampu menjual tembakau antara Rp 60 ribu hingga Rp 70 ribu per kilogram.
Hamam tidak tahu pasti penyebab utama penurunan harga tembakau. Selain itu, sejak 2010 lalu luas areal penanaman tembakau Na Oogst di Jember menurun. Saat ini hanya sekitar 3.000 hektare. Saat itu harga sempat melambung di atas Rp 70 ribu per kilogram. Namun harga yang meroket tak bisa dinikmati petani karena tanaman tembakau rusak akibat anomali cuaca.
Para petani tembakau sudah berulang kali melakukan pertemuan para eksportir tembakau dan Dinas Perkebunan Jember. Namun, kata Hamam, pertemuan yang membahas negosiasi harga itu tidak membuahkan hasil.
Menurut Hamam pula, para petani tembakau berupaya mendapatkan kesepakatan harga dengan para eksportir. Para petani melalui asosiasi juga berharap Pemerintah Kabupaten Jember segera turun tangan untuk mengatasi masalah itu. "Paling tidak ada jaminan harga. Semacam harga minimal pembelian, sehingga petani lebih terlindungi atau tidak dirugikan," ucap Hamam.
Baca Juga:
Para petani tembakau juga dirisaukan oleh beredarnya isu bahwa gudang penampungan milik para eksportir mulai membatasi atau mengurangi pembelian. Para eksportir beralasan sudah memiliki stok yang cukup. "Isu itu diembuskan para blandang (tengkulak tembakau)," ujar Jumantoro, seorang petani tembakau di Desa Candijati, Kecamatan Arjasa.
Akibat isu tersebut banyak petani tembakau yang panik. Mereka buru-buru memanen dan menjual tembakau mereka. Akibatnya, harga tembakau lebih murah dari sebelumnya. "Isu tersebut menyebar dua minggu sebelum Hari Raya Idul Fitri,," ujarnya.
Selama bertahun-tahun, dari 35 persen kebutuhan bahan pembalut (dekblad), pembungkus (omblad), dan filler (isi) pada industri cerutu dunia dipasok dari Indonesia. Sekitar 25 persen di antaranya adalah tembakau Na Oogst asal Kabupaten Jember yang terkenal dengan tembakau Besuki Na Oogst, Besuki Na oogst Tanam Awal, dan Tembakau Bawah Naungan atau TBN.
MAHBUB DJUNAIDY