TEMPO Interaktif, Kediri - Sedikitnya enam kecamatan di Kabupaten Kediri mengalami kekeringan hebat. Keringnya sumber mata air ini juga membuat sebagian warga mulai mengkonsumsi gaplek.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, warga yang mulai mengkonsumsi gaplek terdapat di Dusun Blimbing, Desa Karanganyar, Kecamatan Mojo. Makanan berbahan dasar ketela ini lebih mudah didapatkan dibandingkan padi yang membutuhkan pasokan air dalam jumlah besar.
Miyati, 38 tahun, ibu rumah tangga di Dusun Blimbing, mengatakan intensitas mengkonsumsi gaplek meningkat sejak wilayahnya dilanda musim kemarau. Gaplek yang sebelumnya dimanfaatkan warga sebagai selingan beras saat ini menjadi makanan utama. “Setiap hari makan gaplek karena beras sangat sulit,” katanya, Minggu, 11 September 2011.
Bersama tujuh anggota keluarganya, perempuan yang bekerja sebagai penjual jajanan ini menghabiskan tak kurang satu setengah kilogram gaplek setiap hari. Dia cukup beruntung memiliki sepetak lahan yang ditanami ketela. Untuk kebutuhan gaplek, Miyati tak perlu membeli seperti warga lainnya. Harga gaplek ini relatif murah dibandingkan beras, yakni Rp 1.600 per kilogram.
Kekeringan telah melanda sebagian besar warga di lereng Gunung Wilis. Sebanyak lima kecamatan di kawasan ini sudah tak memiliki pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Selain mengancam kelangsungan manusia, kondisi ini juga merusak lahan pertanian warga.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Kediri Edhi Purwanto mengatakan Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) setempat melaporkan enam kecamatan di wilayahnya mengalami kekeringan, yakni Kecamatan Semen, Tarokan, Mojo, Banyakan, Grogol, dan Kecamatan Kepung. “Rata-rata daerah pegunungan,” kata Edhi kepada Tempo.
Edhi menambahkan, lebih dari 2.477 kepala keluarga dilaporkan tak mendapat air bersih setiap harinya. Meski berusaha mendalamkan sumur, sumber air tak kunjung muncul.
Karena itu pemerintah daerah setempat berusaha membantu penggalian sumur menggunakan peralatan bor. Dengan peralatan ini warga bisa menggali sumur hingga kedalaman 500 meter. Namun, upaya pengeboran tidak serta-merta mengatasi kebutuhan air bagi seluruh warga. Sebab, tak semua lokasi atau titik yang digali masih menyimpan air. “Terpaksa satu sumur untuk kebutuhan satu perkampungan,” ujar Edhi.
HARI TRI WASONO