TEMPO Interaktif, Bekasi - Kemarau mulai mempengaruhi pasokan air bersih di Bekasi, Jawa Barat. Sejumlah warga mengeluhkan air yang mengucur dari pipa-pipa jaringan milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bhagasasi mengecil dan warna airnya menjadi kuning.
"Hanya bisa untuk mandi dan mencuci. Tapi pakaian yang semula putih jadi dekil," kata Fadilla, warga Wisma Asri, Bekasi Utara, Rabu, 14 September 2011. Selain kualitas air yang buruk, volumenya juga berkurang. Satu ember ukuran sedang harus menunggu sekitar 30 menit. "Air mengalir agak deras mulai pukul 23.00-04.00," ungkap Fadilla.
Ningsih, warga Perumahan Galaksi, Bekasi Selatan, mengatakan saat pertama kali membuka keran, air yang keluar. "Lama-lama kekuningan," keluhnya sambil menambahkan, “Takut kulit jadi gatal-gatal."
Juru bicara PDAM Tirta Bhagasasi, Endang Kurnaen, mengakui bahwa kucuran air yang kurang lancar merupakan dampak kemarau. Air yang berubah menjadi kuning, menurut dia, kemungkinan disebabkan instalasi pipa PDAM atau jaringan pipa air di dalam rumah pelanggan rusak.
PDAM Tirta Bhagasasi melayani 151.000 pelanggan di Kota dan Kabupaten Bekasi. Air yang disalurkan diolah dari air baku Saluran Irigasi Tarum Barat atau Kalimalang. Krisis air ini dampak dari musim kemarau yang mengakibatkan sejumlah daerah di Indonesia mengalami kekeringan.
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, kekeringan dilaporkan sudah merata. Debit air sungai berkurang. Begitu pula dengan air tanah, sumber airnya ikut mengering.
HAMLUDDIN