TEMPO Interaktif, KAIRO - Lagi-lagi Turki "menyemprot" Israel. Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, Selasa 13 September 2011 mengatakan Israel tidak "sepenuhnya memahami realitas perubahan yang terjadi di dunia Arab".
"Israel bahkan menolak mendengar suara di Barat, yang menyadari realitas perubahan di wilayah ini dan menyeru agar meminta maaf kepada Turki untuk apa yang telah dilakukan terhadap anak-anak (Turki) yang tewas," katanya. Erdogan mempertanyakan hal itu dalam sebuah wawancara harian Al-Shorouk di Mesir.
Pernyataan keras itu dikemukakannya di sela pertemuan tingkat tinggi para menteri luar negeri Liga Arab di Kairo, Mesir. Turki sudah mengurangi perwakilan diplomatik kedua negara dan membekukan kerja sama militer mulai pekan lalu. Hubungan kedua negara memang tengah memburuk.
Dari Washington, Amerika Serikat, pemerintahan Presiden Barack Obama mengawasi dengan hati-hati retaknya hubungan di antara negara-negara sekutunya: Israel, Mesir, dan Turki. Pasalnya, hal itu mengancam stabilitas Timur Tengah dan tujuan-tujuan Amerika di wilayah tersebut.
Krisis hubungan antara negara Yahudi tersebut dan dua negara muslim telah menjadi suatu benteng keamanan dan diplomatik terhadap persiapan Palestina memburu pengakuan Perserikatan Bangsa-Bangsa bulan ini.
Tindakan PBB, di mana Amerika berjuang tanpa sukses, tampaknya lebih jauh menyulitkan upaya-upaya damai, meninggalkan Israel, bahkan lebih terisolasi dan mendorong Amerika ke posisi yang tidak nyaman.
Suatu kebingungan kontak telepon akhir pekan di antara Presiden Obama serta penasihat top keamanan nasionalnya dengan pejabat Israel, Mesir, dan rekan-rekan kawasannya atas insiden serangan pada Jumat malam pekan lalu oleh pendemo terhadap kedutaan Israel di Kairo menjadi perhatian besar Washington.
Serangan itu bisa membahayakan perjanjian perdamaian Mesir-Israel, yang telah menjadi landasan stabilitas Timur Tengah selama tiga dekade.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Ahad lalu, mengatakan serangan di Kairo setelah demonstrasi damai menuntut adanya reformasi itu merupakan serangan "poros perdamaian" dengan Mesir. Dia menambahkan, mereka yang menurunkan bendera Israel di luar kedutaan adalah "antiperdamaian".
Dalam sebuah sidang kabinet mingguan di Yerusalem, Netanyahu memuji elemen-elemen moderat di Mesir yang memiliki banyak kepentingan dalam promosi dan pemeliharaan hubungan damai dengan Israel. "Kedutaan Israel di Kairo adalah poros perdamaian kami," ucap Netanyahu.
Reuters | AP| Al Jazeera | Ynetnews | Haaretz | The Journal Gazette | Dwi Arjanto