TEMPO Interaktif, Jambi - Pemerintah Provinsi Jambi telah mengusulkan agar pemerintah pusat memberikan bantuan pembuatan hujan buatan untuk provinsi ini. Usulan disampaikan melalui Kementerian Kehutanan.
"Kita sudah menyampaikan keinginan tersebut agar hujan buatan juga dilaksanakan di Jambi mengingat banyaknya kawasan lahan dan hutan yang terbakar," kata Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus, Rabu, 14 September 2011.
Pemerintah pusat, kata Hasan, sudah memprogramkan adanya hujan buatan di dua daerah di wilayah Sumatera, yakni Provinsi Sumatera Selatan dan Riau. "Namun, kita melihat kondisi yang ada, Jambi pun sudah menganggap sudah harus dilakukan hal serupa karena kabut asap tidak hanya telah mengganggu aktivitas masyarakat, tapi juga kesehatan warga," ujarnya.
Gubernur mengakui, jika program hujan buatan ini membutuhkan biaya yang mahal. Khusus di dua provinsi tetangga Jambi itu saja, sedikitnya akan membutuhkan biaya Rp 10,5 miliar.
"Kita telah mengajukan bantuan dana sebesar Rp 700 juta supaya keinginan kita untuk melakukan hujan buatan di daerah ini segera terealisasi," katanya.
Kabut asap di Jambi sangat mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Taha Jambi karena jarak pandang pada saat pagi hari berkisar 600-800 meter sehingga pesawat tidak bisa mendarat dan berangkat.
Sejak 10 hari terakhir, pesawat yang menuju dan meninggalkan Bandara Sultan Taha hanya bisa dilakukan pada saat siang hari. Tidak hanya itu, aktivitas pelayaran laut dan sungai pun sudah terganggu.
Kabut asap ini tidak menutup kemungkinan akan bisa menggagalkan rencana kunjungan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di Jambi, yakni tanggal 21-23 September 2011.
Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Kota Jambi kian buruk. “Angka ISPU mencapai 152-170 PSI pada posisi pukul 08.00 WIB pagi tadi,” ujar Sumardi, Kabid Sarana Fisik dan Pemantauan BLHD Provinsi Jambi.
Data perhitungan BLHD Provinsi Jambi, ISPU Kota Jambi pada pukul 01.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB kemarin masing-masing adalah 133 PSI, 137 PSI, 140 PSI, 140 PSI, 141 PSI, 142, PSI, 147 PSI dan terkahir 152 PSI. “Sore kemarin justru bertambah parah, angkanya mencapai 170 PSI,” katanya.
Tidak saja udara tercemar, akibat kemarau tahun ini warga Kota Jambi juga kesulitan mendapatkan air bersih. Menurut keterangan pihak Perusahaan Daerah Air Minum setempat, permintaan air minum melalui tangki terus mengalami peningkatan karena sumur milik warga sudah banyak mengalami kekeringan.
Begitu juga dengan lahan pertanian masyarakat. Di beberapa kabupaten dinyatakan ratusan, bahkan ribuan hektare tanaman padi warga kekeringan dan terancam gagal panen, antara lain seperti di Kabupaten Muarojambi, Kerinci, Tanjungjabung Timur dan beberapa kabupaten lainnya.
SYAIPUL BAKHORI