TEMPO Interaktif, Mataram - Peraih Ramon Magsaysay Award (RMA) 2011 Tuan Guru Haji Hasanain Juaini menawarkan medali emas yang diraihnya untuk dijadikan agunan pinjaman.
Langkah itu diambil lantaran dia memerlukan biaya untuk pengembangan Pondok Pesantren Nurul Haramain Putri Narmada Lombok Barat. “Saya tidak tahu kira-kira berapa besar pinjaman dana yang bisa diberikan,’’ katanya kepada Tempo di rumahnya, Selasa, 20 September 2011.
Baca Juga:
Sebagai peraih Ramon Magsaysay Award, Hasanain diberikan medali emas seberat 0,5 kilogram. Jika per gram emas dihargai Rp 500 ribu, nilainya mencapai sekitar Rp 250 juta.
Selain itu Hasanain juga mendapatkan uang sebesar US$ 50 ribu dari hadiah RMA 2011 itu. Hadiah itu sudah habis untuk membiayai pembelian tanah lahan pembibitan tanaman dan membayar utang pembiayaan bahan bangunan fasilitas kompleks pondok pesantrennya.
Saat ini jumlah semua santriwati Madrasah Tsanawiyah (MTS) dan Madrasah Aliyah (MA) sebanyak 554 orang. Santriwati MTS sebanyak 318 dan santriwati MA sejumlah 236 orang. Di lingkungan pondoknya ia menyiapkan 18 spot akses Internet untuk keperluan belajar di ruang kelas dan juga santri yang memiliki laptop.
Berkat dimuatnya kesuksesan Hasanain meraih RMA 2011 di Tempo Edisi Bahasa Inggris, ia telah mendapatkan tawaran beasiswa program doktor Studi Islam di University of Oxford (UO). Ia sudah mengisi formulir dan mengirimkannya ke universitas itu. ‘’Ilmu itu harus dihormati,’’ ujar pria 48 tahun itu.
Setelah menerima RMA 2011 di bidang lingkungan dan menumbuhkan sikap toleransi masyarakat sekitar pondok pesantren, Hasanain bersama mitranya di berbagai negara akan membentuk Asosiasi Guru se-Asia. Program kerjanya adalah mengangkat para pahlawan nasional masing-masing negara menjadi panutan generasi mudanya. ‘’Sekarang ini banyak yang tidak mengenal pahlawannya,’’ ujar Hasanain yang juga dijadikan warga kehormatan Kota Manila, Filipina, itu.
Selanjutnya asosiasi tersebut melestarikan tradisi lokal dengan cara melibatkan anak-anak dalam kegiatan masyarakat. Misalnya, anak-anak dikirim ke desa untuk membantu petani menanam padi. “Asosiasi juga ingin menanamkan cinta negara dan cinta Asia,’’ katanya.
SUPRIYANTHO KHAFID