Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rabeg Kesukaan Sultan Banten

image-gnews
Rabeg, Makanan khas Banten. TEMPO/Akbar Tri Kurniawan
Rabeg, Makanan khas Banten. TEMPO/Akbar Tri Kurniawan
Iklan

TEMPO Interaktif, Namanya rabeg. Bentuk dan aromanya mirip semur daging. Ini adalah masakan khas Serang, Banten. Disajikan dalam mangkuk kecil, potongan daging, dan jeroan kambing, serta daging sapi menyembul dari kuah cokelatnya. Kuah yang hangat itu terasa agak pedas.

Rabeg banyak dijajakan di seantero Kota Serang. Salah satu penjualnya adalah Haji Naswi. Kedainya berada di Jalan Raya Serang-Cilegon, tepat di seberang Rumah Tahanan Serang, Banten.

Dalam seporsi menu rabeg milik Naswi, komposisi daging kambingnya lebih banyak ketimbang daging sapi. Ditambah beberapa potong jeroan kambing, tapi tak membuat menu ini jadi prengus (bau khas daging kambing). “Karena daging dicuci bersih hingga tiga kali,” ujar Aulia Rahman, pengelola kedai rabeg, saat ditemui di restonya, Rabu lalu.

Pencucian sebanyak ini bertujuan menghilangkan lemak, lalu diakhiri dengan meniriskan daging. Setelah itu, daging direbus. Pada perebusan pertama, lemak yang terangkat ke permukaan kuah dibuang juga. Pada perebusan kedua, daging dicampur dengan bumbu rempah.

Bumbu ini terdiri atas irisan bawang merah dan bawang putih, jahe, laos, merica, serta kayu manis yang berfungsi menghilangkan prengus. “Bumbunya kami hancurkan secara tradisional, tidak diblender,” katanya. Menurut Aulia, jika diulek, rasa pedas akan bertahan lama. Aulia mengatakan dibutuhkan waktu dua jam untuk memasak rabeg.

Rabeg disajikan dengan nasi dan acar ketimun. Tak perlu tergesa-gesa menyantap nasinya. Kuah rabeg lebih enak diseruput selagi hangat atau panas. Menurut Aulia, rabeg lebih mirip tengkleng kambing ketimbang semur. “Tapi tengkleng tak berisi jeroan,” katanya.

Rabeg, kata Aulia, menjadi makanan kesukaan Sultan Maulana Hasanuddin dari Kesultanan Banten. Beliau adalah putra sulung Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon. Sultan diyakini berdarah Arab, yang dikenal gemar menyantap daging kambing. “Dulu awalnya rabeg berisi daging kambing saja,” ujarnya.

Pengaruh Arab terpatri jelas dalam nama masakan ini. Rabeg merupakan nama kota di bawah administrasi Kota Mekah, Arab Saudi. Semakin lunturnya kekuasaan Kesultanan Banten membuat makanan rabeg mulai berkembang di tengah masyarakat biasa. Namun rabeg, menurut Aulia, hanya bisa ditemui di Serang dan Cilegon.

Aulia, yang merupakan anak keempat dari Haji Naswi, adalah generasi kelima yang menjajakan makanan ini. “Ini warisan kakek buyut,” ia menjelaskan. Kedai Haji Naswi telah berdiri sejak 29 tahun silam. Selain Aulia, kedai ini juga dikelola oleh empat saudara kandungnya. “Ikut melestarikan warisan keluarga,” katanya.

Aulia mengatakan rabeg kuno lebih banyak jeroan kambing. Seiring dengan perubahan selera pelanggan, jeroan mulai dikurangi. “Lama-lama juga mengurangi kambing dan menambahkan daging sapi,” katanya. Namun, cara masaknya tetap sama. Meski sudah lama berjualan nasi rabeg, Aulia mengatakan anak Haji Naswi tidak ada yang berani mengolah rabeg. “Semuanya dimasak oleh Abah (Naswi),” katanya.

Kedai Rabeg Haji Naswi tak pernah libur. Saban hari kedai mungil ini buka pukul 9 pagi hingga 5 sore. Daging dipilih yang segar. “Kami tak pernah pakai daging beku,” katanya. Kebutuhan daging sebanyak 10 kilogram kambing dan 5 kilogram sapi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Aulia, menyantap rabeg lebih cocok pada saat udara dingin. “Akan menghangatkan badan,” katanya. Daging rabeg juga lebih enak disantap sesudah berumur dua hari. “Akan keluar rasa manisnya,” katanya.

Nasi rabeg buatan kedai ini kesohor di kalangan pejabat daerah Banten. “Gubernur sering beli rabeg, tapi dibungkus,” ujarnya. Pada saat liburan, nasi rabeg diminati oleh pencinta sajian kuliner dari luar Serang. Menurut Aulia, banyak wisatawan yang penasaran akan menu yang namanya asing ini.

Ia benar. Saat mengunjungi kedainya, Tempo bertemu dengan dua perempuan asal Jakarta, Lita dan Lian. Mereka mahasiswa kedokteran yang sedang menyelesaikan asistensi kedokteran di Rumah Sakit Daerah Serang. “Rasanya enak, kami sudah dua kali berkunjung ke sini,” kata Lita.

AKBAR TRI KURNIAWAN



Rabeg Khas Serang Haji Naswi
Jalan Raya Serang-Cilegon (depan Rumah Tahanan Serang)
Buka 09.00-17.00 WIB

HARGA MENU
Rabeg Kambing Rp 12.000

KOMENTAR CHEF
Aulia Rahman, pengelola kedai:
“Kuah rabeg lebih hangat dan aromanya tidak terlalu kuat. Daging kambing tidak prengus karena dicuci tiga kali dan dicampur kayu manis.”

KOMENTAR PELANGGAN
Lita, mahasiswa Kedokteran Yarsi, Jakarta:
“Rasanya mirip semur, dagingnya enak dan layak diulang kembali makan di sini.”


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Tips Hemat Biaya saat Menonton Konser di Luar Negeri

2 hari lalu

Jewel di Bandara Changi, Singapura. (foto: Jiachen Lin)
5 Tips Hemat Biaya saat Menonton Konser di Luar Negeri

Ada beberapa tips untuk menghemat biaya saat menonton konser di luar negeri


7 Rekomendasi Tempat Kuliner Ramadhan di Bandung yang Kekinian

7 hari lalu

Sudirman Street Food, Bandung. Kuliner malam di Bandung. FOTO/Instagram/sudirmanstreetfood_bandung
7 Rekomendasi Tempat Kuliner Ramadhan di Bandung yang Kekinian

Berikut rekomendasi kuliner Ramadhan di Bandung yang populer dan kekinian. Ada banyak makanan yang bisa dibeli, mulai dari gorengan hingga kolak.


7 Tempat Kuliner Ramadhan di Jakarta yang Ramai dan Lengkap

9 hari lalu

Aktivitas jual beli jajanan di lapak pedagang Bazaar Takjil Ramadhan Benhil di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta, Selasa, 12 Maret 2024. Pedagang musiman di kawasan Bendungan Hilir ini, menjadi salah satu tempat tujuan warga maupun pekerja kantoran untuk berburu makanan takjil buka puasa di bulan Ramadan. TEMPO/ Febri Angga Palguna
7 Tempat Kuliner Ramadhan di Jakarta yang Ramai dan Lengkap

Ada banyak tempat kuliner Ramadhan di Jakarta yang bisa Anda coba. Seperti kawasan Benhil, Pasar Santa, Blok M, hingga Jalan Sabang.


Lamang Tapai Kuliner Khas Minangkabau Bukan Sekadar Makanan, Ini Filosofinya

11 hari lalu

Lamang Tapai. TEMPO/Febri Yanti
Lamang Tapai Kuliner Khas Minangkabau Bukan Sekadar Makanan, Ini Filosofinya

Walau terdengar tidak biasa, memadukan Lemang dengan tapai ketan cukup populer di Sumatra Barat. Penganan ini disebut Lamang Tapai.


Djakarta Ramadan Fair 2024 Dibuka, Warga Ibu Kota Bisa Jajan Takjil hingga Kerajinan

11 hari lalu

Djakarta Ramadhan Fair 2024  di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, dibuka 15-20 Maret 2024. (Kemenparekraf)
Djakarta Ramadan Fair 2024 Dibuka, Warga Ibu Kota Bisa Jajan Takjil hingga Kerajinan

Djakarta Ramadan Fair 2024 menawarkan kuliner dan produk Ramadan, digelar 15-20 Maret 2024.


Merayakan Ramadan Bersama Aryaduta Menteng: Pengalaman Kuliner Tak Terlupakan

16 hari lalu

Hidangan Ramadan Aryaduta Menteng
Merayakan Ramadan Bersama Aryaduta Menteng: Pengalaman Kuliner Tak Terlupakan

Aryaduta Menteng menghadirkan serangkaian pengalaman kuliner Ramadan yang menggugah selera di tiga restorannya yang berbeda


Warung Blayag Mek Sambru yang Legendaris di Bali, Ada Sejak 1967

18 hari lalu

Warung Blayag Mek Sambru (karangasemkab.go.id)
Warung Blayag Mek Sambru yang Legendaris di Bali, Ada Sejak 1967

Warung blayag kaki lima ini telah ada selama 57 tahun dan berhasil mendapat dua sertifikat nasional berkat konsistensinya.


Pertumbuhan Industri Kuliner Semakin Pesat, Intip Rahasia Kue Mengembang Sempurna

18 hari lalu

Ilustrasi adonan kue. Foto: Freepik.com/Azerbaijan_Stockers
Pertumbuhan Industri Kuliner Semakin Pesat, Intip Rahasia Kue Mengembang Sempurna

Pesatnya pertumbuhan ini tak lepas dari masifnya penggunaan media sosial yang mendorong munculnya tren-tren kuliner kekinian.


Mengenal Blayag, Ketupat ala Bali dengan 15 Lauk

18 hari lalu

Blayag, ketupat ala Bali dengan 15 lauk (denpasarkota.go.id)
Mengenal Blayag, Ketupat ala Bali dengan 15 Lauk

Selain untuk dikonsumsi sehari-hari, blayag yang mirip ketupat ini sering digunakan pada upacara adat.


Sambut Ramadan, Ada Pasar Kuliner Jadul Selama Tiga Hari di Halaman Polda DI Yogyakarta

20 hari lalu

Pasar Kangen Wiwitan Pasa di halaman Polda DI Yogyakarta berlangsung 7-9 Maret 2024. (Dok. Istimewa)
Sambut Ramadan, Ada Pasar Kuliner Jadul Selama Tiga Hari di Halaman Polda DI Yogyakarta

Wiwitan Pasa di Yogyakarta menyuguhkan Pasar Kangen, semacam pasar tradisional dengan beragam kuliner jadul dan panggung hiburan.