TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) DKI Jakarta Tri Tjahjono mengatakan pihaknya lebih cenderung memilih bus sistem layang atau Bus Rapid Transit elevated ketimbang bus ngangkang atau Straddling Bus.
“Kita pertimbangkan teknologi mana yang lebih cocok untuk Jakarta,” kata Tri pada Tempo, Jumat, 23 September 2011. Selain lebih dikenal masyarakat Jakarta, kata dia, bus sistem layang lebih mudah dari segi perawatan. “Kalau ‘bus Ngangkang’ itu kan teknologi baru ya,” kata dia.
Menurut Tri, dalam memilih moda transportasi untuk kepentingan umum, pemerintah harus punya standar tersendiri. “Kalau ada terlalu banyak jenis transportasinya akan susah dalam perawatan, dalam me–manage teknologi itu,” katanya.
Dia mencontohkan maskapai penerbangan Lion yang membeli puluhan unit Boeing 737. “Dia (Lion) memilih satu jenis untuk memudahkan perawatan,” kata dia.
Untuk alasan yang sama, Tri mendukung langkah pemerintah provinsi DKI Jakarta membatalkan monorel.”Monorel itu teknologinya isolated, perawatannya bagaimana? Kalau rusak bagaimana? Ketersediaan listrik bagaimana?” katanya.
Teknologi monorel, kata dia, terlalu mahal bila dibandingkan dengan kapasitas angkut dan kecepatan.
Menurut Tri, moda transportasi Mass Rapid Transit dan Bus Rapid Transit seharusnya menjadi fokus pemerintah DKI Jakarta. “MRT merupakan solusi jangka menengah. Selain investasinya besar, ini baru bisa beroperasi pada 2016,” katanya.
Namun, untuk BRT atau busway, kata Tri, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus gencar menambah armada dan membuka koridor baru. “Bus ini bisa lebih cepat dalam menangani masalah transportasi di Jakarta jangka pendek,” katanya.
Selain busway lebih murah, kapasitas angkutnya sedang, “Busway bisa lebih cepat terealisasi ketimbang MRT,” katanya.
Selain MRT, BRT dan BRT elevated, Tri juga berharap pengelolaan Kereta Rel Listrik Jabodetabek diperbaiki. “Tak bisa dipungkiri KRL merupakan penggerak transportasi utama dari commuter ke pusat kota,” katanya
AMANDRA MUSTIKA MEGARANI