TEMPO Interaktif, Denpasar - Pasca ledakan bom di Solo, Kepolisian Daerah Bali meningkatkan pengawasan terhadap kelompok-kelompok radikal di daerah ini. Hal itu untuk mencegah adanya keterkaitan mereka dengan jaringan teroris. “Kita belum menemukan indikasi, tetapi kita selalu waspada. Kita harus belajar dari pengalaman masa lalu,” ujar Kepala Polda Bali Inspektur Jenderal Totoy Herawan Indra dalam pertemuan dengan tokoh masyarakat lintas agama, suku, dan profesi di Denpasar, Selasa, 27 September 2011.
Pihaknya telah menugaskan intelijen polisi melakukan deteksi dini dan membuat peta kerawanan potensi teroris. Ini dilakukan, kata dia, untuk mencegah adanya daerah yang bisa menjadi tempat penyiapan serangan teroris. Sedangkan bagian reserse dan kriminal diminta untuk mengungkapkan kasus-kasus teror, termasuk melalui telepon dan pesan pendek.
Operasi juga melibatkan satuan polisi lalu lintas untuk merazia pengendara motor dan mobil yang melintas di Jalan Raya Denpasar Gilimanuk. Sementara Polisi Air harus melakukan pemantauan jalur tikus di sepanjang garis pantai. Fasilitas publik lain yang diawasi adalah penginapan dan hotel, jasa pengiriman paket, serta rumah kos.
Sementara itu, Komandan Resor Militer Wirasatya, Kolonel Inf Jacob Joko Santoso, menyatakan Tentara Nasional Indonesia (TNI) mem-back up kinerja Polri dalam mengatasi terorisme. “Kita tidak bisa bilang suatu daerah steril karena potensi selalu ada,” katanya.
Saat ini, dia mengaku juga sedang sibuk melakukan latihan pengamanan KTT ASIAN pada November nanti. Sedikitnya 18 kepala negara akan hadir sehingga membutuhkan pengamanan ketat. Pelatihan dilakukan dengan membagi kelompok berdasarkan fungsi dan tugasnya.
ROFIQI HASAN