TEMPO Interaktif, Kediri - Ratusan anggota satuan pengamanan (satpam) dan ketua rukun tetangga (RT) di Kediri mendapat pelatihan antisipasi teror. Hal itu untuk mencegah aksi bom bunuh diri seperti yang terjadi di Solo.
Bertempat di markas Kepolisian Resor Kediri Kota, ratusan anggota satpam yang bertugas di kantor BUMN dan swasta mendapat pengarahan identifikasi gerakan terorisme. Di antaranya pengenalan ancaman teror serta langkah teknis penanggulangannya. "Sebab mereka yang bersinggungan langsung dengan kantor dan masyarakat," kata Kepala Kepolisian Resor Kediri Kota Ajun Komisaris Besar M.H. Ritonga, Selasa, 27 September 2011.
Pelatihan terhadap satpam ini dilakukan mengingat ancaman teror sering menyasar fasilitas umum dan perkantoran. Apalagi di Kediri terdapat kantor Bank Indonesia yang membawahkan wilayah eks-Karisidenan Kediri dan Madiun.
Selain satpam, sebanyak 1.700 ketua rukun tetangga (RT) juga mendapat pembekalan sama di Aula Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Kegiatan yang diprakarsai pemerintah daerah setempat ini bertujuan meningkatkan kewaspadaan lingkungan terhadap gerakan radikal. Sebab tak jarang gerakan tersebut muncul di daerah pinggiran.
Staf Ahli Wali Kota Kediri, Maki Ali, yang menjadi pemrakarsa kegiatan mengaku tak ingin kecolongan dengan bom Solo. Karena itu dia mengundang seluruh ketua RT untuk berdialog dengan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) membahas dinamika sosial yang berkembang. "Kami tak ingin ada bibit permusuhan dan gerakan radikal di Kediri," kata Maki Ali.
Pengurus FKUB Kediri Kiai Anwar Iskandar mengatakan terorisme muncul akibat ketidakmampuan pemerintah mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Ketimpangan ekonomi dan perilaku pejabat yang korup memicu ketidakpuasan masyarakat kepada pemerintah. "Perlawanannya bisa macam-macam seperti teror," katanya.
HARI TRI WASONO