TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Keuangan Agus Martowardojo meminta Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia lebih fleksibel mengucurkan pinjaman bagi negara-negara Eropa yang terbelit krisis ekonomi. Krisis yang menghantam kawasan itu menyebabkan utang sejumlah negara menumpuk, defisit fiskal kian melebar, hingga memicu ketidakseimbangan global.
"Pemulihan global terbukti rentan, meski negara berkembang mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan," kata Agus dalam pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Amerika Serikat, pekan lalu.
Dia berharap pertemuan tahunan yang digelar dua lembaga ini bisa mengatasi krisis. "Kami mendorong IMF dan Bank Dunia mengembangkan rencana mengatasi krisis," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa, 27 September 2011.
Ia juga mendesak Bank Dunia mengembangkan sektor swasta untuk memperluas lapangan pekerjaan. Ekonomi negara-negara berpenghasilan rendah terancam melemah akibat turunnya permintaan dari negara maju.
Eropa adalah kawasan yang terpapar krisis paling parah. Sejumlah negara, seperti Spanyol, Irlandia, Portugal, dan Yunani, membutuhkan bantuan keuangan untuk keluar dari krisis.
Badai krisis ekonomi dikhawatirkan menjalar ke Indonesia. Menurut anggota Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat, Kemal Azis Stamboel, melemahnya ekonomi global berpotensi memancing resesi dan krisis global. Ia meminta pemerintah dan bank sentral meningkatkan koordinasi serta menghitung dampak krisis dengan tepat.
Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, berpendapat dampak krisis global mulai memukul pasar saham di Indonesia, seperti pada 2008. "Kepanikan menyebabkan indeks harga saham gabungan turun. Investor asing melepas saham, lalu menukar mata utang rupiah dengan dolar Amerika Serikat," katanya kemarin.
Namun berbeda dengan 2008, menurut Tony, perekonomian Indonesia saat ini jauh lebih baik. Posisi cadangan devisa negara mencapai US$ 122 miliar, dua kali lipat dibanding cadangan devisa 2008 sekitar US$ 60 miliar.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan pemerintah tetap mewaspadai gejolak ekonomi global. Pada krisis 2008, Indonesia mampu menghadapi krisis, tapi kini kondisinya jauh lebih berat. "Sekarang harus bisa kita atasi," katanya di Hotel Shangri-La, Jakarta, kemarin.
ALWAN RIDHA RAMDANI | PRIHANDOKO | SUTJI DECILYA | EKO ARI WIBOWO | DEWI RINA