TEMPO Interaktif, Mataram - Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, tercatat memiliki banyak balita bergizi buruk dan kurang gizi. Berdasarkan data survei Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara, Juni lalu, setidaknya terdapat sekitar 2.700 bayi kurang gizi dan 500 bayi bergizi buruk.
Kepala Dinas Kesehatan Lombok Utara Benny Nugroho mengungkapkan masih terdapat pola pikir yang salah mengenai kesehatan bayi. Menurut dia pola pikir tersebut turut menyumbang tingginya angka balita penderita gizi buruk. "Persentase kedatangan warga ke posyandu puskesmas masih rendah, sekitar 50 persen," kata Benny, Jumat, 30 September 2011.
Berbagai cara kemudian digunakan untuk mengurangi tingginya angka tersebut. Salah satunya adalah dengan menggunakan dai untuk sosialisasi kesehatan kepada masyarakat. Tugas mereka memberikan pemahaman tentang pentingnya kesehatan.
Penceramah agama, kata Benny, dipercaya bisa mengubah pemahaman masyarakat melalui pendekatan keyakinan. "Masalahnya di sini orang tidak bisa lahir tanpa dukun. Sekarang semua yang lahir harus lewat petugas kesehatan," ucap Benny.
Ia menuturkan, cara yang digunakan memiliki dampak lain seperti hilangnya pekerjaan para dukun desa. Mereka akan dialihkan menjadi perawat kesehatan di pos pelayanan terpadu atau puskesmas.
Para dai akan berkeliling ke setiap posyandu yang berjumlah 300 di lima puskesmas di Lombok Utara. Selain menggaet dai, pemerintah kabupaten juga mengeluarkan peraturan pelarangan penjualan susu formula untuk bayi berusia di bawah enam bulan. "Hanya apotek dengan menggunakan resep dokter yang boleh menjual susu itu," ujar Benny.
Salah seorang ibu dengan balita berusia 10 bulan di Desa Jenggalih, Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, mengaku sudah kerap datang ke pelayanan kesehatan di posyandu. "Saya melahirkan anak saya dengan bantuan bidan, juga imunisasinya," kata dia yang enggan disebutkan namanya itu.
RIRIN AGUSTIA