TEMPO Interaktif, Kairo - Kabinet Mesir hari ini, Senin, 10 Oktober 2011, akan menggelar sidang darurat untuk membahas situasdi keamanan di negara itu pasca bentrokan yang menewaskan 24 orang.
Bentrokan terjadi kemarin malam antara pengunjuk rasa dari kalangan Nasrani dengan polisi militer. Mereka memprotes perusakan sebuah gereja di Provinsi Aswan, sebelah selatan Mesir.
Pemerintah Mesir sudah mengeluarkan pernyataan keras yang tidak akan membiarkan kelompok manapun merusak persatuan dan mengganggu proses menuju pemilihan umum pertama setelah rezim Presiden Husni Mubarak tumbang Ferbarui lalu.
“Hal paling penting adalah mempelajari situasi dan mengambil tindakan untuk menghindari kekerasan menyebar,” kata juru bicara cabinet Muhammad Higazi kepada kantor berita Reuters. Ia menambahkan sebuah komite yang beranggotakan tokoh Kristen Koptik dan ulama Al-Azhar, Kairo, akan mengadakan pertemuan untuk meredakan ketegangan.
Pertemuan serupa juga akan digelar partai-partai politik, termasuk calon presiden Amr Mussa, mantan Sekretaris Jenderal Liga Arab. Tahapan pemilu di Mesir sudah sampai pada pendaftaran kandidat.
Bentrokan di sekitar Midan Tahrir merupakan yang terparah pasca unjuk rasa besar-besaran menuntut Mubarak mundur. Ratusan pengunjuk rasa melempari batu dan bom Molotov ke arah polisi.. Mereka juga membakar mobil dan bus-bus yang diparkir di pusat kota.
Pasca bentrokan, pemerintah menerapkan jam malam mulai pukul 2 kemarin dinihari hingga jam 7 pagi hari ini.
Ketegangan antara muslim dan Kristen yang jumlah hanya sepuluh persen dari 80 juta rakyat Mesir meningkat setelah era Mubarak. Bentrokan antara dua kelompok agama itu sempat terjadi Maret lalu yang menewaskan 13 orang. Insiden itu terjadi di kawasan Manshiyet Nassir, Kairo, setelah sebuah gereja dirusak di Desa Sol, selatan ibu kota.
HAARETZ/FAISAL ASSEGAF