TEMPO Interaktif, Jakarta - Berburu beasiswa adalah jalan untuk melanjutkan sekolah tanpa biaya. Tersedia ribuan beasiswa bagi yang bersungguh-sungguh mengejar cita-cita bersekolah. Menurut penulis novel Ahmad Fuadi, yang meraih dua gelar master di Inggris dan Amerika, beasiswa itu tidak untuk orang pintar.
"Beasiswa itu didesain bukan untuk orang yang pintar, tapi untuk orang yang bersungguh-sungguh di atas rata-rata orang lain," ujar dia dalam diskusi beasiswa di Obrolan Langsat, Senin, 10 Oktober 2011 malam.
Maka mencari beasiswa, kata Fuadi, harus juga sungguh-sungguh. "Termasuk mengisi formulir," kata penerima beasiswa Fullbright (Amerika Serikat) dan beasiswa Chevening (Inggris) ini.
Diakuinya banyak kesalahan dalam mengisi formulir beasiswa yang rata-rata banyak dan panjang. Tapi ia mengingatkan ketepatan dan kerapian mengisi formulir, termasuk salah satu pertimbangan pemberi beasiswa untuk melihat kesungguhan calon penerimanya.
Kesungguhan mencari beasiswa juga bisa ditunjukkan dalam surat motivasi. Surat ini biasanya diminta oleh pemberi beasiswa untuk melihat kelayakan sang calon. "Ada dua hal yang utama dalam surat motivasi, karakter dan kompetensi," papar Yanuar Nugroho dalam kesempatan yang sama.
Yanuar, dosen di Universitas Manchester Inggris, ini menuturkan surat motivasi harus mampu menunjukkan nilai jual, pengaruh terhadap lingkungan, dan kemampuan mandiri sang calon penerima beasiswa. Lalu, bagi yang ingin mencari gelar doktor (S-3), usaha untuk menghubungi profesor di jurusan yang dituju memang harus lebih kuat. "Rajin-rajinlah menghubungi profesor dan berbagi rencana penelitian," sarannya.
Ariono Hadipuro dari Netherland Education Support Office Indonesia mengingatkan selain beasiswa, setiap calon mahasiswa harus tahu apa yang mau dilakukan setelah lulus. "Jangan asal jurusan daripada nanti menyesal, carilah informasi sebanyak mungkin dan siapkan diri," kata dia.
DIANING SARI