TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Umum Partai NasDem Rio Patrice Capella mengatakan masuknya Hary Tanoesoedibjo ke partainya bukan tiba-tiba. Komunikasi Hary dengan NasDem sudah berlangsung sekitar lima bulan lalu. Mereka berdua sering mengobrol ihwal situasi bangsa.
Dari pertemuan yang intensif itu, kata Rio, Hary Tanoe sepakat dengan isu perubahan yang diusung Surya Paloh, pendiri organisasi Nasional Demokrat. Masuknya Hary Tanoe dianggapnya membawa angin segar buat partai. "Kami ingin perubahan besar, tentu butuh modal besar," kata Rio ketika dihubungi kemarin.
Sumber Tempo mengatakan bahwa Hary memilih Partai NasDem karena kecewa terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia merupakan penyokong Yudhoyono selama dua kali pemilihan presiden. Menurut sumber itu, Hary Tanoe, yang tersandung dugaan korupsi Sistem Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum), ternyata tidak mendapat perlindungan politik dari Yudhoyono. "Hary Tanoe merasa terus dikerjain," kata sumber itu.
Heru Lelono, orang dekat Yudhoyono, mengaku tak bisa memahami ada tudingan seperti itu. Tapi, kata staf khusus presiden bidang komunikasi dan informasi ini, negara akan remuk jika pemimpinnya harus berutang budi kepada orang yang merasa memberi dukungan. Balas jasa itu, kata dia, sama dengan melanggar hukum. Hary Tanoe mendukung NasDem, kata dia, itu hak politik. "Tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap SBY," kata Heru.
Kasus Sisminbakum melibatkan Hartono Tanoesoedibjo, kakak Hary Tanoe. Proyek ini erat kaitannya dengan PT Bhakti Investama, perusahaan milik Hary. Pada Juli tahun lalu, perkara itu menyeret Hartono dan Yusril Ihza Mahendra sebagai tersangka.
Tekad Hary Tanoe masuk NasDem sudah bulat. Setelah Lebaran lalu, Hary Tanoe bersama Surya Paloh mengumpulkan pemimpin redaksi media massa di bawah Grup Media dan Grup MNC. Pertemuan berlangsung di kantor NasDem di Gondangdia, Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, Hary menyatakan dukungannya kepada NasDem.
Hary lantas meminta semua pemimpin redaksi menerjemahkan dukungannya itu dalam pemberitaan. Media dalam Grup MNC, antara lain RCTI, yang dulu dimiliki Bambang Trihatmodjo; kemudian TPI, kini bernama MNC TV, yang sebelumnya milik Siti Hardijanti Rukmana alias Tutut. Selain itu, Hary memiliki Global TV, koran Sindo, dan media portal Okezone.com.
Rio mengatakan pertemuan itu memang dikemas dalam bentuk halalbihalal. Yang hadir adalah para pemimpin redaksi media di bawah dua perusahaan tersebut. "Tapi saya tidak ingat persis yang dibicarakan," kata Rio.
Namun Direktur Pemberitaan Global TV, media di bawah Grup MNC, Arya Mahendra Sinulingga, membantah kabar tersebut. "Tidak pernah ada pertemuan," kata dia.
RIKY FERDIANTO | KARTIKA CANDRA | SUNUDYANTORO