TEMPO Interaktif, Jakarta - Harga beras dalam negeri diperkirakan akan mencapai puncak peningkatannya pada Januari tahun depan. Ini disebabkan produksi beras dalam negeri cenderung turun.
Ketua Bidang Kajian Strategis dan Advokasi Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia, Yeka Hendra Fatika, memperkirakan harga beras akan mencapai Rp 9.500 per kilogram pada Januari mendatang.
"Karena pada Oktober sampai Desember, produksi cenderung turun dan akan terjadi kelangkaan sehingga harga akan naik," kata Yeka dalam diskusi "Menyoal Data Perberasan Nasional" di MNC Tower, Jakarta, Kamis, 13 Oktober 2011.
Kenaikan harga beras bisa diprediksi meningkat sebab harga Gabah Kering Panen di tingkat petani sudah mencapai sekitar Rp 4.000 per kilogram sehingga harga beras akan naik menjadi Rp 8.000 per kilogram hingga akhir tahun ini. Yeka menyatakan dengan tingginya harga gabah dan beras tersebut, maka Bulog dipastikan tidak bisa menyerap dan harus impor.
"Harga beras dalam negeri pada kurun Oktober-Desember memang akan naik, bahkan harga di dalam negeri cenderung lebih tinggi dibanding harga beras dunia sehingga wajar saja kalau Bulog melakukan impor," ujarnya.
Kenaikan harga beras karena produksi di akhir tahun turun. Selain itu, ada beberapa indikasi penurunan produksi dan ketersediaan beras, yaitu tingkat konversi lahan, serangan hama penyakit, banjir, dan kekeringan.
Kenaikan harga beras juga sudah diprediksi oleh Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan, Winarno Tohir. Menurut dia, harga beras bisa berada di kisaran Rp 9.000 per kilogram karena harga Gabah Kering Giling saat ini sudah mencapai Rp 4.600 per kilogram.
"Produksi beras kita sebenarnya sisanya tipis. Ada kecenderungan petani menyimpan hasil panen di musim gadu 2 ini untuk dikeluarkan pada November sebagai modal tanam musim rendeng," kata Winarno dalam kesempatan sama.
Kebutuhan total untuk konsumsi beras dalam negeri mencapai 33,53 juta ton beras per tahun. Produksi berkurang juga diakibatkan besarnya luas lahan yang terkena serangan hama penyakit. Jumlahnya mencapai 606.095 ton yang 75 persennya terkena puso atau sekitar 400 ribu ton.
Winarno meminta pemerintah menggenjot produksi dengan perluasan lahan dan dukungan anggaran. "Ketahanan pangan bangsa Indonesia ini jangan sepenuhnya diserahkan pada petani kecil," katanya.
ROSALINA