TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Marzuki Alie kembali menjadi sorotan. Kali ini persoalannya muncul dalam agenda pemilihan presiden Inter-Parliamentary Union, organisasi hubungan antarparlemen internasional. Bukannya mendukung anggota DPR Nurhayati Assegaf dari Partai Demokrat, Marzuki Alie justru mendukung kandidat dari Maroko.
Kontan saja dukungan itu ditolak politikus Partai Golkar Meutia Hafid. Lewat akun Twitter- nya @meutya_hafid dia memprotes dukungan Marzuki Alie itu. Tak ayal lagi saling serang kicuan muncul di akun @meutya_hafid dan @MA_DPR, dua akun ini masing-masing milik Meutiya dan Marzuki, pada Jumat malam, 14 Oktober 2011.
Dari akun @meutya_hafid tertulis ungkapan Marzuki Alie "memalukan" karena mendukung Maroko menjadi Presiden. Disebutkan alasan Indonesia maju adalah memiliki kemungkinan kuat terpilih karena ada pernyataan dan sikap dukungan dari berbagai negara untuk Indonesia.
Asal-usul dari peristiwa ini menjadi keunikan tersendiri. Nurhayati, seorang delegasi Indonesia, mencalonkan diri sebagai presiden tanpa dukungan pimpinan DPR. Marzuki memerinci alasan DPR sebagai lembaga tidak mengusung Nurhayati Assegaf sebagai calon Presiden IPU. Ia menganggap tak lazim Presiden Parlemen Dunia bukan Ketua DPR.
Marzuki menjawab supaya @meutya_hafid menghormati keputusan lembaga, ini bukan Marzuki Alie. Surat itu diteken atas nama lembaga. DPR mendukung Maroko karena Indonesia sudah menjadi Presiden Parlemen Negara-negara Islam.
Saat pemilihan presiden parlemen negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Uganda, Marzuki maju sebagai calon dan didukung parlemen semenanjung Arab. Marzuki kini merupakan Presiden Parlemen Negara Islam dan Presiden Parlemen ASEAN.
Indonesia pun, kata Marzuki, tak perlu ngongso menjadi presiden dalam organisasi lain guna menjaga diplomasi internasional.
ATMI PRATIWI | PURWANTO