TEMPO Interaktif, Singapura - Nilai ekspor Singapura mengalami penurunan bulan lalu lantaran melemahnya pertumbuhan ekonomi global dan turunnya permintaan produk elektronik dan petrokimia yang menjadi andalan mereka. Akibatnya, proyeksi pertumbuhan hingga akhir tahun ini terancam melambat.
Data yang dirilis Badan Promosi dan Perdagangan Singapura menyebutkan bahwa ekspor nonmigas domestik turun 4,5 persen dari tahun sebelumnya. Untuk produk elektronik, kontrak pengiriman barang perusahaan besar semacam Venture Corp turun masing-masing 13,6 persen dan 19,4 persen pada September dan Agustus.
"Sektor elektronik diperkirakan akan tetap lemah karena berkurangnya permintaan global," demikian pernyataan Kementerian Perdagangan Singapura seperti dikutip Bloomberg.
Produk yang juga mengalami penurunan ekspor ialah petrokimia. Pengiriman bahan olahan minyak bumi seperti olefin dan aromatik merosot 8 persen. Namun ekspor obat-obatan dan produk farmasi lain mengalami kenaikan 12,5 persen, setelah sempat jatuh 7,1 persen Agustus lalu. Kinerja produsen farmasi, seperti Sanofi-Aventis, rupanya mengalami peningkatan.
Anjloknya ekspor juga memaksa Negeri Singa itu mengoreksi proyeksi pertumbuhannya. Sebelumnya, perekonomian Singapura digadang-gadang bisa tumbuh hingga 6 persen. Namun akibat tekanan ini, pertumbuhan diperkirakan di bawah angka itu. "Ini menjadi masa sulit bagi perekonomian Singapura," kata ekonom DBS Group Holding, Irvin Seah.
FERY FIRMANSYAH